JAKARTA - Para pekerja kerah biru Boeing di wilayah Pacific Northwest pada akhir pekan ini melakukan aksi mogok setelah menolak tawaran kontrak yang akan meningkatkan upah mereka sebesar 25% selama empat tahun. Dengan suara bulat, para pekerja menolak proposal tersebut karena dianggap masih jauh dari harapan.
Dilansir dari AP, Minggu 15 September, pemogokan yang melibatkan 33.000 masinis ini diperkirakan tidak akan mengganggu jadwal penerbangan dalam waktu dekat, tetapi akan menghentikan produksi beberapa pesawat jet utama Boeing.
Hal ini menjadi kemunduran lain bagi perusahaan yang telah mengalami kerugian finansial besar dan sedang berjuang untuk memperbaiki citra publiknya.
Pemogokan ini dimulai setelah cabang regional Asosiasi Internasional Pekerja Mesin dan Dirgantara melaporkan 94,6% anggotanya menolak tawaran kontrak dalam pemungutan suara.
Suasana semakin memanas ketika para pekerja yang mogok berkumpul di luar pabrik Boeing di Renton, Washington, membawa spanduk dan memutar lagu-lagu protes. Para pekerja yang mogok adalah masinis yang merakit 737 Max, pesawat terlaris Boeing, serta jet 777 dan pesawat kargo 767.
Banyak pekerja menyatakan tidak puas dengan tawaran upah yang dinilai tidak sebanding dengan biaya hidup yang tinggi di Pacific Northwest. John Olson, seorang pekerja dengan pengalaman enam tahun di Boeing, mengeluhkan kenaikan gaji yang hanya 2% selama masa kerjanya.
"Kenaikan yang mereka tawarkan didasarkan pada standar 16 tahun yang lalu," ujarnya.
BACA JUGA:
Pemimpin serikat pekerja Jon Holden mengatakan, pemogokan pekerja Boeing ini diperkirakan bisa berlangsung cukup lama karena para pekerja yakin mereka bisa memperoleh kenaikan upah yang lebih besar dan perbaikan pensiun.
Mogok kerja yang panjang ini dapat semakin merusak keuangan Boeing, yang sudah terpuruk akibat tumpukan utang sebesar US$ 60 miliar. Penghentian produksi pesawat yang panjang akibat pekerjanya mogok juga akan membebani maskapai penerbangan yang menerbangkan jet Boeing dan pemasok yang memproduksi suku cadang.