Machica Mochtar: Yang Dialami Anak Saya Risiko Seorang Aktivis
JAKARTA - Penyanyi dangdut Machica Mochtar mendukung sang buah hati Muhammad Iqbal Ramadhan ikut dalam aksi demonstrasi mengkritisi kebijakan pemerintah dan DPR RI. Dukungan diberikan karena aksi membela hak-hak masyarakat merupakan hal yang positif.
“Saya mendukung anak saya karena keadaan sekarang memang tidak baik. Kita ini sudah tua, mereka inilah yang akan meneruskan republik ini nantinya,” ujar Machica yang didampingi sang anak, Muhammad Iqbal Ramadhan kepada host Eddy Wijaya, dalam podcast EdShareOn yang tayang Rabu, 4 September 2024.
Muhammad Iqbal Ramadhan baru-baru ini disorot media lantaran mendapat serangkaian tindakan kekerasan yang diduga dilakukan aparat keamanan. Kekerasan itu terjadi saat Iqbal bersama demonstran lainnya melakukan aksi unjuk rasa mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang Undang-Undang Pilkada di depan gedung DPR/MPR pada Kamis 22 Agustus lalu.
Akibat dari kekerasan itu, putra pasangan Machica dan almarhum Menteri Sekretaris Negara era Orde Baru Moerdiono itu, menderita patah hidung dengan kondisi badan lebam-lebam. Iqbal mengaku sudah mengalami kekerasan sejak di depan gedung DPR RI hingga di kantor Polisi. "Saya sudah sedikit lupa karena hantamannya terlalu banyak. Seingat saya waktu jalan (di taman DPR) saya sudah merasakan banyak air di hidung, berdarah. Sepanjang jalan saya mendapat tindakan kekerasan hingga masuk ke ruang Pamdal (Pengamanan Dalam). Seingat saya juga waktu ditahan, ada satu Polwan yang menendang-nendang kaki saya," Iqbal menambahkan.
Machica lantas menyayangkan tindakan yang diduga dilakukan aparat keamanan tersebut. Mereka seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat termasuk demonstran. Ia pun sempat marah besar setelah mendengar anaknya menjadi korban kekerasan dalam aksi tersebut. “Namanya saya yang melahirkan dan membesarkan anak saya. Jadi jangankan dipukul!” katanya.
Machica juga menceritakan bagaimana paniknya saat mendapat kabar putra semata wayangnya tersebut ditangkap dan mendapat kekerasan. “Saat itu saya tidak bisa tidur, perasaan saya tidak karuan. Saya panik luar biasa karena yang terbayang kejadian 1998 yang mana banyak anak orang yang hilang, tinggal nama,” ucap penyanyi kelahiran Sengkang, Sulawesi Selatan, 20 Maret 1970 ini.
Kendati demikian, Machica mengaku tak kapok mendukung anaknya untuk ikut berdemonstrasi. “Itu adalah bagian dari risiko seorang aktivis. Dan, menurut saya, itulah jiwa seorang pemuda. Dia harus menunjukkan jati dirinya dengan membela kebenaran, orang-orang yang terzalimi, itu hal yang positif,” kata Machica Mochtar yang melambung lewat lagu Ilalang tersebut.
Baca juga:
Alasan Iqbal Ikut Demo
Kepada Eddy Wijaya, Muhammad Iqbal Ramadhan mengaku turun ke jalan untuk berdemonstrasi karena gerah melihat ulah DPR yang hendak mengubah Undang-Undang seenaknya. Seperti yang terjadi pada putusan MK Nomor 60 tentang Ambang Batas Pencalonan Kepala Daerah di Pilkada dan putusan MK Nomor 70 tentang Syarat Usia Kepala
Daerah di Pilkada yang hendak diubah dengan merevisi UU Pilkada.
“Makanya itu perlu dikawal, soalnya sering pemerintah dan DPR tengah malam mengetuk palu untuk mengesahkan undang-undang,” kata pria kelahiran 5 Februari 1996 ini.
Iqbal mengatakan pemerintah harusnya berlaku adil dan tidak mementingkan diri sendiri dalam mengeluarkan produk hukum. Bagi pria yang juga berprofesi sebagai pengacara ini, hukum adalah alat mencapai keadilan sosial. “Tapi yang sering saya lihat justru sebaliknya, hukum dijadikan alat untuk memperkaya diri dan memperkuat kekuasaan,” ucapnya.
Mahasiswa S2 Fakultas Hukum Universitas Al Azhar ini mengatakan bila hukum tidak menjadi alat mencapai keadilan, masyarakat kecil bakal menjadi korban. “Kalau ditanya mengapa (hati) saya begitu bergetar? karena saya lihat masyarakat kecil atau rakyat Indonesia ditundukkan dengan memakai hukum yang seharusnya dipakai sebagai alat yang mulia untuk mencapai keadilan,” ucap Iqbal.
Saksikan selengkapnya dalam wawancara Eddy Wijaya di podcast EdShareOn! (ADV)