Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas memuji kemenangan pelawak Komeng dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di Jawa Barat, saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang Rabu, 27 Maret 2024. Menurut Buya Anwar, panggilan akrab Anwar Abbas, kemenangan Komeng membuktikan politikus bisa sukses tanpa harus terlibat transaksi politik uang (money politics).

“Bagi saya,yang menarik itu orang yang bernama Komeng. Dia tidak mengeluarkan uang saat nyalon DPD RI. Justru dia dibayar kalau mau manggung. Komeng itu sosok yang fenomenal. Ke depan, orang seperti dialah yang harus ditampilkan dalam perpolitikan kita,” ujar Buya Anwar.

Sebelumnya, komedian senior Alfiansyah Komeng dipastikan melenggang ke Senayan setelah meraup suara terbanyak sebesar 5.399.699 suara dalam pemilihan anggota DPD Dapil Jabar. Komeng mengaku tak pernah menggelontorkan duit untuk kampanye dan pasang baliho. Malah, ia justru dapat duit karena kerap diundang sebagai bintang tamu pada sejumlah acara di Jabar.

Buya Anwar menyinggung Komeng karena melihat realitas politik dalam Pemilu 2024 yang diduga banyak mengandung praktik politik uang. Bahkan Ketua PP Muhammadiyah tersebut sepakat dengan sebagian anggapan analis politik yang menyebut Pemilu 2024 menjadi pemilu terburuk di Indonesia.

“Saya bisa memahami kondisi ini karena memang ada praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil)” kata Buya Anwar. “Misalnya unsur ‘bebas’, ternyata (di lapangan) ada intimidasi. Ada pihak-pihak tertentu yang merecoki, menakut-nakuti, dan mengiming-imingi.”

Anwar mengaku koleganya banyak bercerita bagaimana masifnya praktik uang di masyarakat saat Pemilu 2024 berlangsung. Uang yang digunakan untuk membeli suara dari masyarakat tak lagi puluhan ribu, tapi hingga Rp500 ribu rupiah per suara.

“Yang sering menjadi pertanyaan hari ini, dia (caleg) tidak pernah tinggal di daerah tersebut, tidak pernah bertemu dengan masyarakat setempat, tapi (lolos nyaleg) karena punya uang yang banyak untuk diberi.”

Oleh karena itu, Buya Anwar berharap sosok populer seperti Komeng banyak menghiasi perpolitikan nasional ke depan. Menurutnya banyak tokoh-tokoh muslim yang berpotensi menang seperti Komeng, misalnya KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym, Ustaz Abdul Somad, dan Ustaz Das'ad Latif.

“Kalau mereka ikut juga (nyaleg), saya kira tidak perlu kampanye, tidak perlu ada uang menurut saya. Karena dari peristiwa seperti Komeng kita lihat ternyata politik tanpa uang itu bisa asalkan sosok yang maju itu dikenal oleh publik.”

Pembagian Bansos dalam Pemilu Tidak Cerdaskan Bangsa Dalam ngobrol bareng Eddy Wijaya di podcast EdShareOn, Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas juga menyoroti banyaknya pembagian paket bantuan sosial (bansos) dari pemerintah di masa Pemilu 2024. Menurut Buya Anwar, kebijakan itu tidak mencerminkan kewajiban negara sesuai UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Kalau ingin mencerdaskan bangsa, ya, dengan cara memberdayakan masyarakat, memberikan pekerjaan yang layak,” ucapnya.

Buya Anwar menjelaskan, masyarakat khususnya kalangan ekonomi lemah memang membutuhkan stimulus seperti bansos. Namun bila pembagiannya dilakukan dalam momentum Pemilu, akan memiliki implikasi yang buruk terhadap masyarakat sebagai pemilik suara.

“Menurut saya ini bagian dari pengekangan terhadap rakyat karena tak lagi bebas menyampaikan (suaranya) karena sudah dicekoki dengan uang yang jumlahnya sebenarnya tidak seberapa,” kata Buya Anwar. Ia berharap situasi politik dalam Pemilu 2024 bisa menjadi pelajaran berharga di masa mendatang, agar kualitas pemilu bisa lebih baik lagi. (ADV)