JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 4 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 3 September 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,01 persen di level Rp15.526 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,14 persen ke level harga Rp15.557 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan saat ini perhatian investor beralih ke laporan pekerjaan AS yang akan datang yang diharapkan pada akhir minggu.
"Laporan tersebut, yang akan dirilis pada hari Jumat, diantisipasi akan memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan moneter Federal Reserve, terutama setelah Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan perubahan dari fokus pada inflasi menjadi pencegahan kehilangan pekerjaan," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 4 September.
Ibrahim menyampaikan, ada peluang 33 persen untuk pemotongan 50 basis poin bulan ini, dengan pengurangan seperempat poin diharapkan sepenuhnya. Ini merupakan sedikit perubahan dari minggu sebelumnya ketika kemungkinan untuk pemotongan yang lebih besar berada di angka 36 persen.
Pasar telah mengantisipasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, dengan pengurangan 25 basis poin telah diperhitungkan dalam ekspektasi selama beberapa minggu.
Menurut Ibrahim kekuatan dolar sebelumnya mencerminkan sentimen ini karena mencapai level tertinggi sejak 20 Agustus, didorong oleh peningkatan imbal hasil Treasury jangka panjang ke titik tertinggi sejak pertengahan Agustus.
"Kenaikan imbal hasil ini mengikuti data inflasi yang menunjukkan bahwa Fed mungkin memilih pemotongan suku bunga yang lebih kecil," jelasnya.
Ibrahim menyampaikan ketahanan ekonomi AS semakin ditegaskan oleh angka produk domestik bruto baru-baru ini, yang menunjukkan bahwa Federal Reserve memiliki keleluasaan untuk memoderasi pelonggaran kebijakannya.
Meskipun demikian, Ibrahim menyampaikan para pedagang masih bertaruh pada kemungkinan penurunan suku bunga dari Fed.
"Hasil laporan pekerjaan yang akan datang kemungkinan akan berdampak signifikan pada lintasan dolar dalam waktu dekat. Salah satunya angka penggajian yang lebih kuat dari yang diharapkan dan tingkat pengangguran yang lebih rendah kemungkinan akan memberi pasar keyakinan yang lebih besar bahwa risiko pertumbuhan telah mereda," ujarnya.
Dari sisi dalam negeri, Utang di negara maju melonjak dari 70 persen menjadi 112 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara di negara-negara berkembang kenaikan jumlah utang paska pandemi dari 47 persen dari PDB awal 2000 sekarang mencapai 71 persen.
Sedangakn Utang Indonesia relatif terjaga di tengah ketidakpastian global dan tingginya tensi geopolitik di dunia.
BACA JUGA:
Hingga akhir Juli 2024, rasio utang kembali turun menjadi 38,68 persen yang berarti masih jauh di bawah batas aman yakni 60 persen sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Lonjakan utang di berbagai negara tersebut disebabkan oleh ruang fiskal dan ruang moneter yang menjadi sangat menyempit akibat kondisi seluruh dunia yang belum sepenuhnya pulih paskapandemi, dan terjadinya perang serta tensi geopolitik.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 4 September 2024 dalam rentang harga Rp15.450 - Rp15.550 per dolar AS.