11 Jam Bertempur, Etnis Bersenjata KIA Rebut Markas Strategis Militer Myanmar di Perbatasan China
JAKARTA - Kachin Independence Army (KIA), sayap militer Kachin State kembali menyerang markas tentara rezim militer Myanmar, serta menguasai bukit strategis di Distrik Bhamo.
Petugas Informasi KIA Kolonel Naw Bu mengatakan, serangan dilakukan oleh Batalyon 30 KIA terhadap markas sekaligus pos terdepan militer Myanmar di Bukit Alaw.
Diterangkan olehnya, serangan dimulai para Rabu 24 Maret sekitar pukul 5 sore. Kamis 25 pukul 4 pagi atau setelah 11 jam pertempuran, tentara rezim militer Myanmar berhasil di taklukan dan pos tersebut dikuasai KIA
"Bukit Alaw relatif dekat dengan perbatasan China. Dari segi militer, relatif strategis. Pasukan Inggris dikerahkan di sana selama Perang Dunia II. Laporan bahwa kami telah menduduki tiga pos terdepan tidak benar. Selebihnya hanya sekelompok penjaga yang menjaga pos terdepan," terang Kolonel Naw Bu melansir The Irrawaddy.
Lebih jauh diterangkan olehnya, serangan itu dilakukan sebagai pembalasan atas serangan militer di pos terdepan KIA dekat Laiza, yang berada di bawah kendali markas KIA.
“Pasukan rezim militer menembaki pos kami di Bukit Hpalap (dekat Laiza) dengan artileri sepanjang malam pada tanggal 22 Maret. Mereka menembak lagi ke Batalyon 3 di Sadone keesokan harinya. Mereka telah melakukan penyerangan selama dua sampai tiga hari," jelasnya.
"Peluru artileri mereka jatuh di barak kami. Yang lebih buruk, peluru artileri juga jatuh di kamp Hkau Sau (di perbatasan China) dan di wilayah China," ungkap Kolonel Naw Bu.
KIA mengklaim, dua peluru artileri jatuh di wilayah China pada Hari Selasa. Militer Myanmar tidak berkomentar.
"Kami mendengar suara tembakan sampai Rabu malam. Tapi semuanya baik-baik saja di kota. Semua orang aman," kata seorang warga Laiza.
Merespon situasi yang berkembang, penduduk di kamp pengungsian Weichyai menggali tempat perlindungan bom bulan ini.
Sebelumnya, KIA juga menyerang markas militer Myanmar di pusat penambangan batu giok, Hpakant, dan pos Kotapraja Injangyang pada 15 Maret. Ini dilakukan setelah tiga pengunjuk rasa antikudeta militer Myanmar tewas ditembak di ibu kota Negara Bagian Kachin, Myitkyina, pada 8 Maret dan di Hpakant pada 14 Maret.
KIA sudah memeringatkan Komando Utara Militer Myanmar, untuk tidak membahayakan pengunjuk rasa antikudeta militer Myanmar yang ada di Kachin.
Kolonel Naw Bu belum bisa mengonfirmasi mengenai jumlah korban di pihak militer Myanmar dan KIA telah menangkap seorang komandan batalyon pihak lawan.
"Sejauh ini mereka belum memberi tahu saya tentang korban jiwa," katanya kepada Myanmar Now.
Untuk diketahui, bulan ini KIA dan militer Myanmar sudah tujuh kali terlibat kontak senjata. Pertempuran dimulai di Negara Bagian Shan utara bulan lalu di wilayah yang dikuasai oleh KIA Brigade 4, 6 dan 10, sebelum menyebar melintasi perbatasan ke Kachin.
Baca juga:
- Kudeta Myanmar: Rusia dan China Serukan Penyelesaian Krisis Internal dan Mandiri
- Etnis Bersenjata KNU Cegat 700 Karung Beras di Perbatasan, Militer Myanmar Terancam Kelaparan dan Terisolir
- Miliki Resort Berbintang di Bibir Pantai, Putra Pemimpin Rezim Militer Myanmar Kantongi Beragam Kemudahan Berbisnis
- Korban Tewas Capai 260 Orang: Rezim Militer Myanmar Minta Maaf, Sebut China Sebagai Teman
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.