Gugat Cerai Istri, Pengadilan Putuskan Suami Harus Bayar Uang Pekerjaan Rumah Tangga

JAKARTA - Seorang suami yang menggugat cerai istrinya, divonis harus membayar uang tunjangan bulan dan uang kompensasi atas pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh sang istri.

Kasus ini terjadi di Pengadilan Perceraian Distrik Fangshan, Beijing, China, seiring dengan pemberlakukan kode sipil baru di Negeri Tirai Bambu. 

Ini bermula dari catatan pengadilan, saat pria yang teridentifikasi dengan nama belakang Chen, mengajukan gugatan cerai pada tahun lalu kepada istrinya yang bernama belakang Wang setelah menikah pada tahun 2015 lalu.  

Pada awalnya, sang istri enggan bercerai. Tapi, kemudian ia meminta kompensasi finansial, dengan alasan Chen tidak memikul tanggung jawab pekerjaan rumah, atau pengasuhan anak untuk putra mereka. 

Pengadilan pun memenangkannya. Di luar putusan cerai, pengadilan memerintahkan sang suami untuk membayar tunjangan bulanan sebesar 2.000 yuan. Serta, pembayaran satu kali sebesar 50.000 yuan atau sekitar 108.121.860 rupiah untuk pekerjaan yang telah dilakukan sang istri.  

"Pembagian properti bersama pasangan setelah menikah biasanya memerlukan pemisahan properti berwujud. Tapi pekerjaan rumah merupakan nilai properti tak berwujud," kata hakim melansir BBC.

(@dshall/Unsplash)

Keputusan itu dibuat sesuai dengan kode sipil baru di negara itu, yang mulai berlaku tahun ini. Di bawah undang-undang baru, pasangan berhak untuk mencari kompensasi dalam perceraian jika dia lebih bertanggung jawab dalam membesarkan anak, merawat kerabat lansia, dan membantu pasangan dalam pekerjaan mereka.

Kasus ini telah menimbulkan perdebatan besar di dunia maya, mengenai nilai pekerjaan rumah tangga, dengan beberapa orang mengatakan jumlah kompensasi terlalu sedikit. Sebelumnya, pasangan yang bercerai hanya dapat meminta kompensasi seperti itu jika perjanjian pranikah telah ditandatangani - praktik yang tidak umum di China.

Di media sosial China, Weibo, kasus ini memicu perdebatan sengit, dengan tagar terkait telah dilihat lebih dari 570 juta kali. 

Menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), wanita China menghabiskan hampir empat jam sehari untuk pekerjaan tidak berbayar, kira-kira 2,5 kali lipat dari pria. Ini lebih tinggi daripada rata-rata di negara-negara OECD, di mana perempuan menghabiskan waktu dua kali lebih banyak daripada laki-laki untuk pekerjaan tanpa upah.