Jadi Kaya dari Bisnis Properti: Belajar Langsung dari Ahlinya
Ilustrasi (Raga Granada/VOI)

Bagikan:

 Sebelumnya, terungkap sudah sepuluh industri yang paling banyak mencetak miliarder. Artikel tersebut seperti mematahkan asumsi umum bahwa bisnis teknologi bukan yang paling menghasilkan di dunia. Peringkatnya bahkan jauh di bawah bisnis properti atau real estate yang bertengger di posisi ketiga. Masih di Tulisan Seri khas VOI "Muda, Kaya, dan Berbahagia", tentang mendulang uang di bisnis properti. 

Kisah-kisah sukses pengusaha properti yang berhasil mendulang uang miliaran bisa dengan mudah kita temukan mulai dari internet, seminar-seminar kampus, bahkan di gelaran acara umum. Mulai dari dalam negeri sampai luar negeri. Semua kisahnya lengkap. Kami berusaha merangkum kisah sukses tersebut dan mencari benang merah bagaimana mereka bisa bisa berhasil. 

Dalam sebuah kesempatan salah seorang juragan properti terkaya di Bumi, Li Ka Shing pernah membeberkan bagaimana awal mula ia meraih sukses di bisnis properti. Saat itu krisis politik sedang melanda. Untungnya, harga properti masih tetap naik.

Ia lalu membeli tanah dari penduduk yang melarikan diri dengan harga rendah pada 1958. Li lalu menamai perusahaan pengembang propertinya Cheung Kong, yang mana merupakan sungai terpanjang di China.

Leftingan Li Ka Shing, Wang Jianlin yang juga didapuk sebagai salah satu pengusaha properti terkaya di dunia, punya jalan sukses lain.  Ia pertama kali terjun ke dunia bisnis pada 1989. 

Sebelumnya Wang Jianlin mengoperasikan salah satu rangkaian bioskop-bioskop terbesar di China. Ia juga melayani militer China pada periode 1970-1986. Jianlin memiliki lebih dari 200 plaza di China dan memiliki kekayaan USD25,3 miliar atau Rp341,89 triliun pada 2020. 

Ada yang bilang, semua pengusaha akan menjadi pengusaha real estat pada waktunya. Kedua nama di atas memang memiliki keuntungan yang menggiurkan dari bisnis real estat. Namun bukan berarti hasil yang dipetik tanpa usaha yang panjang. 

Apalagi, bisnis properti baru bisa dilihat hasilnya dalam jangka yang panjang. Dengan demikian, mungkinkah bisnis sektor real estat digeluti anak muda khususnya oleh anak bangsa? 

Pertanyaan itu dijawab kontan oleh Abdul Madjid Alzindini yang didaulat sebagai pengusaha properti termuda se-Asia Tenggara. Ia berhasil mendirikan perusahaan propertinya PT Gaya Realty Property pada 2014.

Selain itu, ada pemilik Elang Group, Elang Gumilang, yang memiliki bisnis properti dengan perumahan berkonsep real estat di kawasan Bogor Barat. Ia bahkan mencetak pendapatan Rp55 triliun - Rp56 triliun dari keseluruhan hasil penjualan. 

Infografik (VOI/Raga Granada)

Berbisnis sejak muda

Berbisnis memang bukan keputusan yang asing untuk mengejar karier. Namun tidak semua orang bisa konsisten menekuni bisnis. Risiko kegagalan kerap menjadi perhatian besar bagi orang yang hendak membangun bisnis. 

Berdasarkan studi dari Duke University, Founder Institute, dan Northwestern, rata-rata sebagian wirausahawan berusia 40 tahun saat pertama kali meluncurkan bisnisnya. Sedangkan usia rata-rata pemimpin startup yang sukses adalah 45 tahun.

Namun seiring berkembangnya zaman, tidak perlu menunggu usia 40an untuk memulai bisnis. Kini banyak anak muda di awal 20 tahun telah memulai bisnisnya sendiri. Meski terkadang akhirnya mereka harus putus sekolah, namun mereka mampu belajar langsung di bidang yang akan mereka akan terus tekuni yaitu bisnis. 

Sebelum terjun langsung ke dunia properti ini ada baiknya belajar dari ahlinya langsung. Untuk itu kami berdiskusi dengan Pendiri Fast Property Rose Yunita tentang bagaimana caranya bisa memulai bisnis properti. 

Rose sebetulnya adalah seorang dokter. Namun panggilan batin membuatnya untuk beralih terjun di industri properti. 

"Di usia 30 tahun baru memulai properti, saya background-nya dokter. Saya kerja dulu sebagai dokter terus karena faktor mengatur waktu lebih enak dan penghasilan lebih besar," kata Rose, ketika dihubungi VOI

Rose masuk ke dunia properti secara perlahan. Ia mengawalinya dengan menjadi broker. Dengan begitu ia tak perlu keluar modal langsung besar. Setidaknya Rose menyediakan bujet untuk memasang iklan. Juga biaya-biaya lain seperti ongkos untuk bepergian. 

Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Perlu langkah tepat

"Masalah modal tadi, yang saya bilang tidak bermodal itu tadi maksudnya bermodal bukan berarti tidak mengeluarkan uang sama sekali. Ada uang ongkos untuk bensin, ongkos ke sana ke mari, pasang iklan, dan sebagainya," jelas Rose. 

Rose mengatakan siapapun yang mau dan niat berkecimpung di dunia properti sangat bisa. Namun yang dihadapi oleh banyak anak muda saat ini adalah hidup di era dengan adanya digital marketing dan sosial media yang membuat mereka menerima kerap terdistraksi. 

"Karena kalau dulu kita kan bisa dapat informasi dari buku atau majalah yang mana itu kan firm. Orang terbitkan buku karena ada referensinya karena ada proof. Semua itu ada prosesnya, jadi tidak hoaks," ujarnya. 

Menurut Rose tak banyak yang tahu bagaimana perjuangan seorang pengusaha properti hingga ia meraih hasil. Anak muda saat ini, katanya, kebanyakan hanya mengakses informasi hanya dari media sosial. Padahal dalam bisnis properti, jika tidak bisa dibekali oleh ilmu-ilmu atau mentor-mentor tepat maka akan sulit menentukan mana yang benar.

Menjalani bisnis properti tidak mudah, tidak instan, dan membutuhkan waktu. Mungkin hal itulah yang kerap membuat beberapa anak muda yang terjun di dunia bisnis properti ini patah semangat. Membandingkan bisnis lainnya misalnya menjual baju, mungkin hari ini atau besok kita bisa melihat ada penjualan walaupun hanya dua atau tiga potong. Namun untuk bernisnis properti, tidak sesingkat itu. 

Misalnya, ketika menjadi broker harus memasang iklan dulu. Tidak mungkin sehari iklan dipasang, langsung ada yang berminat. Bisa menunggu hingga dua atau tiga minggu bahkan bisa saja lebih. 

"Bisnis properti tidak instan. Dilihat integrity-nya, ketekunan, dan inovasi juga. Karena menjadi broker pun juga entrepeneur karena ketika ada produknya, mau rumah, ruko, apartemen atau apapun bagaimana dia harus bisa menjual kepada buyer yang tepat dan itu harus ada inovasi pada dirinya," jelas Rose. 

Padahal ketika bisnis properti ini ditekuni dengan baik, menemukan inovasi, bisa berkreasi, akan mendatangkan penghasilan yang sangat menjanjikan. Tak sulit menjadi pemuda kaya dari industri properti bila sudah menemukan "kliknya". 

Tantangan tersulit

Bagi Rose, tantangan tersulit menjalani bisnis properti justru ketika harus mempertahankan apa yang sudah didapat. Pemilik Fast Property ini mengatakan bahwa pada level tertentu, masih membutuhkan dukungan untuk lebih mengembangkan bisnisnya atau melihat kurang dan lebihnya dari bisnis yang telah dijalankan. 

"Seperti anak SD dengan anak SMA atau kuliah. Anak SD tahunya dia belajar kalau tidak belajar dimarahi mamanya. Tapi tantangan anak SMA atau kuliah, dia mulai berpikir bagaimana saya menjadi orang yang lebih baik," jelas Rose. 

"Saat berbisnis, kita sibuk mempertahankan akhirnya kita lupa dengan fondasi kita sendiri. Dulu kenapa kantor ini didirikan. Dulu kenapa kita bergerak di bidang ini. Why-nya kita suka lupa," tambahnya. 

Rose mengatakan alasan yang kuat begitu penting untuk bisa langgeng di industri properti. Menurutnya bila menjadikan uang saja sebagai motivasinya tak cukup. 

Ia mencontohkan, terkadang ketika seseorang menggali dirinya lebih dalam untuk mengetahui apa yang sesungguhnya diinginkan, dia hanya ingin orang tuanya bahagia. Ketika dia tahu dan berpegang dengan hal itu, semua rintangan dan masalah dalam perjalanan bisnis tidak membuatnya mudah patah semangat. 

"Uang itu hanya impact. Jadi ketika dia mengetahui orang tuanya bahagia, dia juga akan ikut bahagia, dan ketika dia lebih bahagia dia juga lebih bisa berkreasi. Nah, itu ketika ada challenge di tengah perjalanan bisnis, challenge apa pun itu, dia tidak akan surut karena memang selalu ada penggerak dalam dirinya untuk mencapai goal," tutupnya.

Ikuti Tulisan Seri edisi ini: "Muda, Kaya, dan Berbahagia"