Kaya Raya sebagai Kelas Pekerja
Ilustrasi (Raga Granada/VOI)

Bagikan:

Lewat artikel "Jadi Kaya dari Bisnis Properti", kita memetik kisah mereka yang sukses dari bisnis properti. Bukan apa-apa, bagaimanapun, bisnis properti adalah salah satu yang paling mendatangkan kekayaan, bahkan jika dibanding bisnis teknologi yang kita duga kuat paling menjanjikan. Masih bagian dari Tulisan Seri khas VOI, "Muda, Kaya, dan Berbahagia", kali ini kita lihat ke lingkup kelas pekerja. Mungkinkah kaya raya sebagai pekerja?

Cara menjadi kaya raya tak hanya bisa dicapai lewat jalur wirausaha. Banyak cara. Tak terkecuali lewat jalur profesional atau dunia kerja. Bukan tak mungkin penghasilan seorang profesional dapat melampaui pengusaha sukses.

Beberapa hari lalu ruang publik sempat dihebohkan dengan seseorang yang berpenghasilan Rp250 juta. Salah satunya, pemilik akun @catwomanizer. Ia menyebut penghasilan sebesar itu merupakan hal lumrah. 

Akun @catwomanizer bilang pemasukan seperti itu masih tergolong kecil bagi seorang pembuat konten. Ia mencontohkan seorang pembuat konten bisa mematok Rp25 juta dalam sekali buat konten.

Bukan cuma konten kreator, bayaran seorang pembicara keuangan lebih gila lagi. Ia bisa dibayar Rp95 juta per satu jam. 

"Another fellow content creator, yang kebetulan salah satu teman juga, dari webinar saja sebulan sudah menghasilkan kira-kira 1-2M sendiri, di luar paid partnerships. 250jt mah apa," tulis akun @catwomanizer.

Psikolog Tika Bisono yang merupakan Managing Director Tibis Sinergi Human Resources, mengatakan, anak muda yang berhasil mendulang kekayaan di jalur profesional jumlahnya tak sedikit. "Mereka mengejar posisi, naiknya cepet. Otomtasi gajinya juga naik besar," ujarnya saat dihubungi VOI

Memang dari beberapa contoh profesional sukses itu kebanyakan dari sektor informasi dan komunikasi. Dan sektor tersebut menjadi salah satu dari tiga jenis pekerjaan yang rata-rata gajinya tertinggi. 

Seperti dicatat Badan Pusat Statistik 2020, rata-rata gaji bersih sebulan pekerja sektor informasi dan komunikasi adalah tertinggi ketiga sebesar 4,06 juta. Sementara nomor wahidnya sektor pertambangan dengan rata-rata gaji sebesar 4,6 juta. Disusul para pekerja jasa keuangan dan asuransi sebesar 4,15 juta.

Di perkotaan, gaji para karyawan sektor tambang paling menggiurkan. Seperti dikutip kellyservices.co.id di jenjang fresh graduate saja para karyawan tambang bisa mengantongi gaji antara Rp 4,5 juta hingga 10 juta. Semakin berpengalaman gajinya menggemuk. Seorang petroleum engineer misalnya bisa berpenghasilan Rp35 juta hingga Rp70 juta.

Kemudian di sektor keuangan, gaji di posisi internal audit untuk fresh graduate mencapai Rp5 juta hingga Rp15 juta. Bila bisa menjadi direktur di sektor keuangan, gajinya bisa mencapai Rp80 juta hingga Rp160 juta. 

Lalu di sektor teknologi informasi, seorang software engineering bisa digaji antara Rp3,5 juta hingga Rp15 juta. Selanjutnya, seorang pemimpin proyek IT bisa memeroleh Rp15 juta sampai Rp35 juta.

Infografik (VOI/Raga Granada)

Mereka yang terpilih

Meski pintu menjadi kaya raya lewat jalur dunia kerja terbuka lebar, tak semua orang dapat melewati pintu itu. Tika Bisono menyebut ada beberapa faktor yang harus ada dalam seorang karyawan yang bisa meraih kekayaan dari jalur profesional. 

Pertama, untuk menjadi seorang karyawan sukses bak eksekutif muda harus memiliki naluri entrepreneur. "Bukan hanya sebagai karyawan biasa," kata Tika. 

Naluri entrepreneur ini bukan melulu soal wirausaha. Tika bilang ini adalah sebuah pola pikir.

Misal, seorang karyawan tersebut memiliki tekad kuat untuk menabung uangnya dalam jangka waktu tertentu. Dan tabungannya itu bukan hanya disimpan biasa melainkan ia jaga dalam bentuk investasi. 

"Dia tau kapan harus berdara-darah. Demi, punya tabungan yang orang lain ga punya, tapi dia punya," kata Tika. 

Selain punya tekad menabung, karyawan ini juga punya target spesifik. Misalnya, ia menabung selama tiga tahun untuk membeli rumah. Alasan menabung selama tiga tahun, sebab karyawan kaya itu paham, bahwa di tahun ketiga biasanya karyawan mendapat subsidi tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kantor. 

"Biasanya 3 tahun baru dapet dana subsisdi untuk beli rumah. Karena dia investasi, jadi dia sudah kebeli duluan. Dan akhirnya, uang itu ia bisa alokasikan untuk hal yang lain. Mobil misalnya. Oleh karena itu karyawan seperti dia terlihat relatif lebih tajir dari karyawan lain," beber Tika.

Selain menabung dan berinvestasi, agar bisa tajir, seorang karyawan tentunya harus bisa mempercepat kenaikan posisinya. Dan hal itu kata Tika hanya bisa diperoleh dengan mematangkan kemampuan memimpinnya atau self lead

Kemampuan self lead-nya itulah yang mendorong dirinya kemudian memiliki cetak biru. Tika menjelaskan, cetak biru bisa diartikan dengan kemampuan seseorang untuk menentukan tahapan-tahapan dalam hidupnya. 

"Misal kalau kamu udah kerja di dunia digital saat ini, tiga tahun lagi harus udah tahu posisinya akan sudah di mana. Sampai kemudian umur 30 misalnya harus sudah ada di posisi yang sudah lebih menanjak lagi," ucap Tika. 

Internal dan eksternal

Falik Zulkhair Hutasuhut dalam tulisannya Pengembangan Karir: Career Acceleration Development Program (2014) membagi faktor yang memengaruhi pengembangan karir seorang karyawan ke dalam dua kategori. Internal dan eksternal.

Dari faktor internal yang pertama adalah soal prestasi kerja. Ini merupakan faktor yang tak terbantahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan karir. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sukar bagi seorang pekerja untuk diusulkan oleh atasannya agar dipertimbangkan untuk dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan. 

Untuk menopang hal itu, maka faktor kedua yang tak kalah penting yakni kesempatan untuk bertumbuh. Misalnya seorang karyawan bertekad untuk meningkatkan kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Setelah memenuhi faktor internal, berlanjut ke faktor eksternal. Pertama, soal pengenalan oleh pihak lain. Penting bagi pihak lain seperti atasan langsung dan pimpinan perusahaan mengetahui prestasi kerja bagi karyawan yang ingin karirnya melejit. 

Selain atasan, faktor penting lain yang berpengaruh terhadap meningkatnya karir di suatu institusi atau perusahaan yakni adanya dukungan dari bawahan. Lalu faktor kesetiaan pada perusahaan, juga tak luput dari penilaian sang bos.

Ikuti Tulisan Seri edisi ini: "Muda, Kaya, dan Berbahagia"