JAKARTA - Jejaring media sosial Facebook telah lama dicurigai sebagai platform yang melindungi segala aktivitas Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, termasuk pada unggahannya yang menunjukkan ujaran kebencian.
Namun, dalam sebuah wawancara dengan media lokal Axios, Selasa 21 Juli, CEO Facebook, Mark Zuckerberg membantah hal tersebut. Ia menegaskan tak memiliki perjanjian dalam bentuk apapun dengan Presiden AS Donald Trump.
"Saya sudah mendengar spekulasi ini juga, jadi izinkan saya menjelaskan: Tidak ada kesepakatan apa pun. Sebenarnya, seluruh berita kesepakatan itu cukup konyol," ungkap Zuckerberg.
BACA JUGA:
Kecurigaan ini berawal semenjak Oktober tahun lalu. Zuckerberg terlihat menghadiri undangan makan malam di Gedung Putih. Acara itu turut dihadiri sejumlah tokoh, termasuk Peter Thiel dan juga anggota dewan Facebook lainnya.
"Saya menerima undangan untuk makan malam karena saya berada di kota dan dia adalah presiden Amerika Serikat. Fakta bahwa saya bertemu dengan seorang kepala negara seharusnya tidak mengejutkan, dan tidak ada sama sekali kita memiliki semacam kesepakatan," tegas Zuckerberg.
Beberapa pekan setelahnya, Trump dan tim kampanyenya justru mengunggah postingan bernada kontroversial. Sejumlah platform media sosial segera menghapus atau melabeli postingan Trump yang dianggap menyampaikan disinformasi dan ujaran kebencian.
Namun hanya Facebook yang tidak melakukan langkah sensor tersebut. Alhasil Facebook mendapat sejumlah kecaman dari warganet dan karyawannya, karena menganggap platform media sosial itu berpihak kepada Trump.
"Salah satu kritik spesifik yang saya lihat adalah bahwa ada banyak orang yang mengatakan bahwa mungkin kita terlalu simpatik atau terlalu dekat dengan beberapa cara dengan administrasi Trump. Kita hanya memberi orang beberapa ruang untuk wacana, tetapi tidak sama dengan menyetujui keyakinan mereka," dalih Zuckerberg.