Bos Facebook Kembali Dikritik Relawannya Soal Presiden Donald Trump
CEO Facebook Mark Zuckerberg (Facebook @markzuckerberg)

Bagikan:

JAKARTA - Bos Facebook, Mark Zuckerberg kembali mendapat kritikan terkait kebijakannya untuk tidak mengkurasi unggahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kali ini kritikan datang dari para ilmuwan, yang menerima sumbangan dana penelitian Chan Zuckerberg Initiative (CZI).

Dirangkum dari The Guardian, sedikitnya 140 ilmuwan dan peneliti itu mendesak agar Bos Facebook itu tak membuat lebih banyak kesalahan karena tidak bisa menghalau penyebaran disinformasi dan hoaks pada platformnya. Mereka juga kecewa dengan kebijakan suami dari Priscilla Chan itu dengan memiarkan unggahan kontroversial Presiden Trump.

Terlebih unggahan tersebut diungkapkan, ketika suasana publik yang memprotes aksi brutal seorang polisi karena menewaskan warga kulit hitam bernama George Floyd, di Minnesota, AS. Alhasil aksi unjuk rasa dan protes terkait isu rasisme kembali merebak di seluruh Amerika Serikat.

Belum lagi dengan komentar kontroversial yang kerap diungkapkan Presiden Trump. Banyak pihak yang meyakini kalau komentar-komentar itu justru akan tak sesuai dengan standar komunitas Facebook dalam mengelola penyebaran berita.

“Kami mendesak Anda untuk mempertimbangkan kebijakan yang lebih ketat tentang informasi yang salah dan bahasa pembakar yang membahayakan orang atau kelompok orang, terutama dalam iklim kita saat ini yang bergulat dengan ketidakadilan rasial,” isi surat tersebut. 

Tentu saja para ilmuwan ini tidak sendirian. Kritikan itu juga diiringi aksi mogok kerja dari karyawan Facebook yang memprotes kebijakan Mark Zuckerberg, sejak 1 Juni. 

“Kami menyadari rasa sakit yang dirasakan banyak orang kami saat ini, terutama komunitas kulit hitam. Saat kami menghadapi keputusan sulit, seputar konten di depan dan kami akan terus mencari jalan keluar terbaik," tulis Mark Zuckerberg.

Di sisi lain, Twitter justru dengan berani menempelkan label peringatan pada unggahan Presiden Trump. Beberapa di antaranya bahkan diglorifikasikan sebagai ujaran kebencian.