Bagikan:

JAKARTA - Banyak brand-brand besar seperti Unilever, Coca-cola hingga Starbuck menyetop bisnis iklannya di Facebook. Aksi boikot ini dilakukan karenakan Mark Zuckerberg dianggap tak berhasil menekan angka penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di platform-nya. 

Aksi boikot ini bermula dari surat terbuka organisasi nirlaba anti-Defamation League, NAACP yang mengkampanyekan gerakan #StopHateforProfit, pada 17 Juni lalu. Dalam aksi ini, meminta perusahaan-perusahaan besar untuk berhenti dan menyetop aksi pemasangan iklan di platform Facebook dan Instagram.

Hal ini dikarenakan, Facebook tidak melabeli konten ujaran kebencian dan hoaks yang ada di platform mereka. Tentunya berbeda dengan apa yang dilakukan Twitter dengan melabeli atau memberikan fact-check untuk setiap unggahan ke media sosial.

"Setiap hari, kami melihat iklan dari perusahaan yang ditempatkan berdekatan dengan konten yang penuh kebencian, menempati ruang yang sama dengan kelompok rekrutmen ekstremis dan kampanye disinformasi yang berbahaya," kata CEO dan Direktur Nasional ADL Jonathan Greenblatt yang menginisasi gerakan ini, Senin 29 Juni. 

Adapun brand-brand besar tersebut adalah Unilever, Coca-Cola, Verizon, Patagonia, REI, Lending Club, dan The North Face. Selain Unilever, ada juga perusahaan FMCG yang berhenti mengiklan di Facebook seperti Procter & Gamble (P&G), Dove, Ben & Jerry’s, dan Hellmann, setidaknya untuk sisa tahun 2020.

Pernyataan Coca Cola yang berhenti Beriklan di Facebook (Coca-cola Company)

Aksi ini juga diikuti, sejumlah perusahaan lainnya yang juga beriklan di Facebook seperti Rakuten, Viber, Levi’s, Dockers, Jansport, Honda, dan merek cokelat besar Hershey’s yang ikut melakukan langkah serupa. Entah sampai kapan gelombang mencabut iklan di Facebook yang dilakukan brand-brand ini akan berhenti.

Menurut laporan Bloomberg, akibat aksi penghentian iklan ini, saham Facebook terjun bebas sebesar 8,3 persen dan terkoreksi hingga 56 miliar dolar AS. Banyaknya perusahaan yang berhenti ngiklan di Facebook juga membuat kekayaan Mark Zuckerberg berkurang drastis sebanyak 7,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp103,5 triliun dalam 24 jam terakhir. 

Hal tersebut membuat Zuckerberg mesti rela turun ke posisi empat dalam daftar orang terkaya di dunia, di bawah bos Louis Vuitton Bernard Arnault, pendiri Microsoft Bill Gates, dan CEO Amazon Jeff Bezos.

Respon Bos Facebook

Terlepas dari banyaknya aksi boikot tersebut, Facebook segera melakukan sejumlah pembenahan di platform-nya. Salah satunya Mark Zuckerberg mengumumkan akan melabeli semua posting-an yang berhubungan dengan pemilu AS dengan tautan yang mendorong pengguna untuk melihat pusat informasi pemilu.  

Selain itu, Facebook juga akan memperluas definisi tentang ujaran kebencian yang dilarang, serta menambahkan klausul bahwa tidak akan ada iklan yang ditampilkan dalam posting-an yang diberi label berbahaya oleh Facebook

"Seringkali, melihat pidato dari politisi adalah untuk kepentingan umum, dan dengan cara yang sama bahwa outlet berita akan melaporkan apa yang dikatakan politisi, kami pikir orang pada umumnya harus dapat melihatnya sendiri di platform kami," ujar Zuckerberg postingan di laman Facebook pribadinya.

"Kami akan segera mulai memberi label pada beberapa konten yang kami tinggalkan karena dianggap layak diberitakan, sehingga orang dapat mengetahui kapan hal ini terjadi," imbuhnya.