JAKARTA - Ujaran kebencian, aksi penjarahan dan protes mengecam isu rasial, masih terjadi di Amerika Serikat (AS). Bahkan baru-baru ini, Facebook menghapus sekitar 200 akun media sosial terkait kelompok supremasi kulit putih yang justru memperkeruh aksi protes.
Seperti dikutip The Verge, kelompok-kelompok ini diduga memacing kemarahan massa dengan menyebarkan ujaran kebencian dalam aksi protes melawan kekerasan polisi, setelah kematian warga kulit hitam George Floyd, di Minnesotta, AS. Di mana mereka menyusup kedalam massa aksi unjuk rasa yang mengecam perilaku rasisme.
BACA JUGA:
"Kami melihat kelompok-kelompok ini berencana menggerakkan pendukung dan anggota untuk secara fisik hadir di unjuk rasa dan dalam beberapa kasus dipersiapkan untuk membawa senjata," kata direktur anti-terorisme dan kebijakan organisasi berbahaya Facebook, Brian Fishman, Rabu, 10 Juni.
Menurut laporan Associated Press, akun-akun yang dihapus oleh Facebook ini masih berkaitan dengan kelompok supremasi kulit putih, seperti Proud Boys dan American Guard. Facebook sendiri memang telah memonitor akun-akun yang berupaya untuk memperkeruh aksi protes 'Black Lives Matter' yang terjadi di AS.
Di mana dua kelompok ini memang sejak lama menjadi perhatian Facebook karena kerap menyebarkan kebencian. Proud Boys dan American Guard, merupakan dua akun yang telah dicekal dari Facebook karena melanggar aturan yang melarang ujaran kebencian.
Lewat media sosial, pengikut laman dari grup tersebut yang kerap menggunakan istilah 'boogaloo' atau merujuk pada beberapa kelompok sayap kanan yang menyamar menjadi anggota kelompok anti-fasis untuk melakukan provokasi. Oleh karenanya, Facebook telah men-take down halaman grup terkait dari jangkauan hasil pencariannya dan tidak merekomendasikannya ke pengguna.
The United States of America will be designating ANTIFA as a Terrorist Organization.
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 31, 2020
Platform besutan Mark Zuckerberg ini juga telah mengambil sikap untuk tidak memperkeruh aksi protes terkait isu rasial di AS. Bahkan Facebook juga sempat menurunkan unggahan tim kampanye Donald Trump yang menggunakan cuplikan aksi kekerasan yang dipicu kematian George Floyd, sebagai video kampanye.