Biarkan Unggahan Trump, Karyawan Facebook Pilih <i>Walkout</i> dan Tinggalkan Mark Zuckerberg
Ilustrasi Facebook (Photo by Joshua Hoehne on Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ratusan karyawan Facebook dikabarkan walkout virtual masal dan mengancam akan mengundurkan diri dari perusahaan. Hal ini terjadi lantaran, keputusan Mark Zuckerberg membiarkan unggahan kontroversial Presiden Donald Trump terkait aksi protes kematian George Floyd.

Dikutip CNN Internasional, melalui Twitter sejumlah karyawan Facebook melontarkan krtikan terhadap Mark Zuckerberg karena kebijakannya yang tidak memoderasi sejumlah unggahan kontroversial milik Trump terkait aksi protes George Floyd di AS. Dalam pernyataannya, Trump seolah mewajarkan kekerasan pada demonstran.  

“Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai," tulis Trump di media sosial, Selasa, 2 Juni.

Padahal di sisi lain, postingan yang sama di Twitter telah ditempelkan label peringatan "glorifikasi kekerasan' di cuitan tersebut. Hal yang sama juga diberlakukan Google secara terang-terangan menuliskan bahwa pihaknya mendukung kesetaraan ras dan menolak ketidakadilan. 

Kekecewaan itulah yang mendorong para karyawan Facebook merasa bertanggung jawab atas kebijakan perusahaan. Di mana secara tidak langsung mendorong Facebook menjadi media sosial yang mendukung rasialisme, di tengah gelombang protes di Amerika Serikat. 

Sebagai bentuk protes, ada sekitar 600 karyawan Facebook memutuskan untuk melakukan walkout dari rapat virtual. Bahkan sebagian dari mereka akan mogok bekerja selama sehari dan mengancam akan mundur dari perusahaan jika Mark Zuckerberg tak mengubah kebijakannya untuk memoderasi ulang unggahan Trump.

Salah satu karyawan senior Facebook yang ikut mengkritik kebijakan perusahaan Mark Zuckerberg itu adalah, Andrew Crow. Kepala desain Facebook itu jelas-jelas menyindir Mark Zuckerberg yang justru membiarkan unggahan Trump di platfrom Facebook.  

"Menyensor informasi yang dapat membantu orang melihat gambar lengkap adalah salah. Tetapi memberikan platform untuk memicu kekerasan dan menyebarkan disinformasi tidak dapat diterima, terlepas dari siapa Anda atau apakah itu layak di berita," tulis Andrew lewat Twitter. 

Diketahui, Selama seminggu terakhir, Donald Trump sibuk membuat postingan di media sosial terkait aksi protes George Floyd di AS. Dalam pernyataannya, Trump seolah mewajarkan kekerasan pada demonstran.  

Sebelumnya CEO Facebook Mark Zuckerberg ikut menyampaikan bentuk dukungannya untuk menentang isu ketidakadilan rasial di Amerika. Lewat laman pribadinya, bos Facebook itu menyumbangkan donasi sebesar 10 juta dolar AS atau setara Rp144 miliar untuk kelompok-kelompok HAM dan masyarakat yang membutuhkan bantuan hak sipil, pasca kejadian George Floyd.