Bagikan:

JAKARTA - Facebook Inc akan mengambil langkah agresif untuk menekan penyebaran konten bernada hoaks dan misinformasi, jelang Pemilu Presiden Amerika Serikat ( Pilpres AS). Termasuk menolak permintaan iklan politik di platformnya.

Melansir Reuters dari laporan Financial Times, langkah agresif ini diambil untuk mengurangi risiko kesalahan informasi selama pilpres yang dapat menjadi kacau dan menimbulkan aksi unjuk rasa. 

Facebook juga sedang menyiapkan sebuah laman baru untuk memastikan seluruh penggunanya telah terdaftar dan dapat menyalurkan hak pilihnya selama pemilu. Termasuk akan melabeli unggahan dari kandidat atau tim kampanye yang mencoba mengklaim kemenangan pemilu, sebelum pengumuman resmi disampaikan.

"Saya juga khawatir dengan bangsa kita yang begitu terpecah belah, dan hasil pemilu yang berpotensi memakan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk diselesaikan, akan ada peningkatan risiko kerusuhan sipil di seluruh negeri," ungkap CEO Facebook Mark Zuckerberg, dalam sebuah wawancara di CBS News.

Selama proses pemilu, Facebook juga akan meluncurkan Pusat Informasi Pemungutan Suara di platform media sosialnya. Cara ini serupa dengan kolom berita terkait virus COVID-19. 

Di mana sejauh ini, Presiden Donald Trump kembali mencalonkan diri untuk masa periode keduanya. Ia akan menghadapi penantang dari Partai Demokrat, yakni Joe Biden.

"Ini pasti akan berlaku untuk presiden (Trump) setelah kebijakan ini diberlakukan, dan itu akan berlaku untuk semua orang secara setara," ujar Zuckerberg.