JAKARTA - Platform video singkat TikTok menjadi tempat baru penyebaran misinformasi dan hoaks terkait pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Setelah jagat sosial media seperti Twitter, Facebook maupun YouTube yang melarang konten-konten hoaks beredar di platformnya.
Kebanyakan konten itu berisi postingan yang tidak akurat atau menyesatkan, dengan mengklaim kemenangan dari Presiden AS Donald Trump dan Joe biden. Setidaknya ada lebih dari 200.000 konten hoaks terkait Pilpres AS yang ditemukan di TikTok.
"Kami bekerja keras untuk melindungi integritas platform kami saat siklus pemilihan berlanjut. Kami menghapus misinformasi pemilu saat diidentifikasi secara proaktif melalui teknologi otomatis dan investigasi manusia, dan secara reaktif melalui laporan dari pengguna dan mitra kami," ungkap TikTok dalam pernyataan resmi yang dikutip dari The Guardian, Jumat 6 November.
BACA JUGA:
Berdasarkan temuan TikTok, beberapa konten di antaranya adalah narasi palsu yang mengklaim jika perolehan suara Joe Biden merupakan penipuan. Termasuk menyuruh petugas untuk menandai pemilih Trump sehingga suara tersebut tidak dihitung.
Diketahui, konten itu berasal dari seorang influencer muda Partai Republik, dan dua akun pro Trump yakni Republican Hype House dan The Republican Boys. Tidak menunggu lama, perusahaan milik ByteDance China itu langsung mengambil tindakan terhadap akun-akun yang menyesatkan tersebut.
Di sisi lain, Twitter masih terus melakukan pelabelan terhadap tweet yang berisi informasi palsu dan konten yang mengklaim kemenangan sepihak terkait hasil Pilpres AS. Sedangkan Facebook, menutup grup yang menyesatkan dan menghapus postingan klaim kemenangan pemilu sebelum resmi diumumkan.