JAKARTA - Sebentar lagi Indonesia akan memasuki tahun Pemilihan Umum (Pemilu), dan untuk mencegah penyebaran informasi palsu, TikTok menyatakan telah melakukan upaya guna mencegah ujaran kebencian dan hoaks.
"Kami telah menjalani beberapa siklus pemilu di banyak negara dan kami telah belajar banyak serta berkolaborasi untuk memastikan bahwa kami melestarikan integritas. Kami bertanggung jawab menyediakan platform untuk ekspresi dan berdiskusi di TikTok," ungkap CEO TikTok Shou Zi Chew dalam acara TikTok Southeast Asia Impact Forum Report 2023, di Jakarta, Kamis, 15 Juni.
Chew menyatakan telah membuat Pusat Pemilu dengan meningkatkan sumber daya untuk menghalau segala jenis informasi palsu.
"Pusat Pemilu ditujukan untuk mengidentifikasi dan menghapus ujaran kebencian, misinformasi yang berbahaya, sekaligus menjaga kebebasan berekspresi ini agar orang dapat mengekspresikan diri. Sekarang pada saat yang sama, sebagai platform, misi kami adalah untuk menginspirasi kreativitas," ujar Chew.
Diakui Chew, TikTok memang merupakan wadah untuk berekspresi dan diskusi, namun, dia menekankan platformnya hingga kini tidak menerima iklan berbasis Pemilu atau politik.
"Kami tahu kami adalah platform penting untuk ekspresi dan diskusi tetapi pada saat yang sama, kami tidak ingin mengambil keuntungan dari salah satu dari siklus pemilu ini. Jadi sebagai masalah kebijakan secara global, kami tidak mengambil iklan politik, sebagai platform," tegas Chew.
"Jadi ada banyak pekerjaan yang kami lakukan tetapi, apa yang kami pedulikan yaitu integritas platform," imbuhnya.
VOIR éGALEMENT:
Sebagai informasi, TikTok pernah diklaim sebagai sarang misinformasi. Sebuah penelitian baru oleh NewsGuard tahun lalu menemukan, platform memiliki banyak informasi yang salah tentang topik-topik serius.
Saat mencari berita terkemuka pada September 2022, organisasi pemeriksa fakta menemukan informasi yang salah di hampir 20 persen video yang ditampilkan oleh mesin pencari aplikasi.
Sebanyak 540 video TikTok dianalisis sebagai bagian dari penyelidikan ini, dengan 105 ditemukan berisi klaim palsu atau menyesatkan, dikutip dari Mashable.
NewsGuard mengungkapkan, pencarian tentang topik mulai dari invasi Rusia ke Ukraina hingga penembakan di sekolah dan vaksin COVID, pengguna TikTok secara konsisten diberi klaim palsu dan menyesatkan.