Cara Jurnalis AS Kompak Melawan Deklarasi Kemenangan Prematur Trump
Presiden AS Donald Trump (Instagram/@RealDonaldTrump)

Bagikan:

JAKARTA - Langkah Donald Trump melakukan deklarasi kemenangan prematur disoroti media massa. Mereka telah memprediksi Trump akan mengambil langkah ini. Sejak awal, media-media --terutama yang meliput langsung pemilu-- kompak akan melawan cara yang mereka sebut merusak demokrasi itu.

Melansir The Guardian, Rabu, 4 November, pemberitaan deklarasi kemenangan Trump memicu perdebatan baru terkait kaidah jurnalistik. Pemberitaan tentang deklarasi prematur Trump dianggap berpotensi merusak proses demokrasi yang tengah berjalan, bahkan kekerasan.

Secara politis, para analis memandang langkah Trump sebagai cara mendelegitimasi proses pemilu. Jika nantinya kalah, maka anggapan bahwa pilpres tak adil akan menggema di seluruh AS. Tak semudah itu, memang. Trump membutuhkan konsistensi dan liputan media untuk menanamkan pola pikir itu di tengah publik.

Karenanya, banyak media massa langsung melabeli deklarasi kemenangan Trump sebagai ilusi belaka. Kepala Kresponden Washington untuk CNN Jake Tapper mengungkap klaim kemenangan Trump yang terlalu dini mirip seorang pelatih sepak bola yang rajin membual, padahal pertandingan masih di babak pertama. Dalam posisi itu, sang pelatih biasanya lupa babak kedua yang sebetulnya lebih menentukan.

"Bukan begitu cara kerjanya dan itu tidak tergantung padanya," kicau Tapper dalam sebuah tweet.

Mantan CEO National Public Radio, Vivian Schiller yang merupakan Chief Digital Officer NBC News punya pandangan berbeda. Sudah seharusnya organisasi berita siap menghadapi kemungkinan seperti itu. Karena itu, kemungkinan hasil liputan akan jadi senjata utama melawan kebenaran sejati.

“Berita utama seperti: Trump menyatakan kemenangan, terutama di media sosial dapat membentuk opini publik dan menjadi senjata melawan kebenaran dan kepercayaan dalam proses demokrasi," katanya.

Schiller juga mengimbau media massa lain untuk menerapkan cara liputan yang terencana menanggapi Pemilu AS. Schiller mengusulkan agar saluran televisi secara aktif melawan setiap langkah Trump yang berpotensi mendelegitimasi proses pemilu. Salah satu tekniknya, kata Schiller adalah dengan menampilkan tulisan di layar televisi yang mengingatkan penonton bahwa perhitungan suara masih terus berlanjut.

"Jika Trump melanjutkan lebih dari satu atau dua menit dengan kebohongan, hentikan siaran langsung dan minta wartawan Anda menjelaskan bahwa pemilihan tidak ditentukan oleh kontestan. Jelaskan mengapa pernyataan kemenangan yang terlalu dini itu salah dan berbahaya," tambahnya.

Senada dengan Schiller, profesor jurnalisme dari Universitas New york, Jay Rosen mengungkap hal yang sama. Deklarasi kemenangan dini Trump dipandangnya sebagai ujian paling penting yang dihadapi AS saat ini. Sebab, tak semua yang dikatakan oleh Presiden AS layak menjadi berita.

Media sosial waspada

Pilpres AS tak hanya membuat media massa was-was. Hal yang sama juga berlaku kepada para raksasa media sosial dunia yang berjuang menyaring informasi hoaks sepanjang pemenang kontestasi pilpres AS belum ditentukan.

Pada Senin malam, misalnya. Twitter dan Facebook telah mengumumkan bahwa mereka akan menandai tiap postingan dari kandidat presiden yang telah mengklaim kemenangannya lebih dulu sebelum penghitungan suara benar-benar rampung.

Dalam kasus Twitter, label peringatan akan disematkan pada tiap kicauan yang berisi informasi salah terkait Pilpres AS, yakni dengan kalimat "Sumber resmi menyebut hasil pemilihan secara berbeda" atau "Sumber resmi mungkin tidak menyebut hasil saat ini di-tweet."

Meski begitu, pengguna Twitter masih dapat mengutip kicauan tersebut. Tetapi orang-orang tak dapat menyukai atau me-retweet itu. Lantaran itu Twitter hanya akan mempertimbangkan hasil resmi pilpres AS setelah pengumuman pemenang secara resmi disampaikan pejabat pemilihan negara bagian. Pilihan lainnya, bisa juga ketika hasil pilpres sudah dikonfirmasi oleh dua atau lebih daftar saluran media resmi yang menggelar penghitungan secara langsung, seperti Fox, CNN, dan Associated Press.

Facebook dan Instagram pun melakukan langkah yang sama. Untuk meniadakan berita yang tak sesuai fakta terkait pemilu, Facebook akan menandainya dengan kalimat: Suara sedang dihitung. Pemenang pemilihan presiden AS 2020 belum diproyeksikan. Atau "Beberapa hasil pemilu mungkin tidak tersedia selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Ini berarti semua terjadi seperti yang diharapkan."

“Petugas pemilu akan mendapatkan penghitungan suara yang benar, dan pelaporan hasil yang lebih lambat tidak berarti hasil yang salah atau curang. Semua orang Amerika perlu memberi waktu kepada petugas pemilu untuk melakukan pekerjaan mereka dengan benar," tulis pernyataan resmi dari Facebook.