Pesta Alkohol Tim Kampanye Trump Patahkan Tradisi Gedung Putih yang Sunyi di Malam Pemilihan
Presiden AS Donald Trump (Instagram/@RealDonaldTrump)

Bagikan:

JAKARTA - Gedung Putih diliputi ketegangan. Tim kampanye Presiden Donald Trump yang berada di dalam memilih pesta alkohol untuk meredakan tensi. Tak ada larangan pesta semacam itu di Gedung Putih. Tapi tak ada juga presiden terdahulu yang menggelar acara sebagaimana dilakukan tim kampanye Trump. Pesta itu mematahkan tradisi.

Laporan BBC yang kami kutip Rabu, 4 November menjelaskan staf presiden dan pejabat kampanye tinggal di sana sepanjang malam, saat pekerjaan bos mereka dipertaruhkan. Tak banyak yang mereka dapat lakukan kecuali meminum banyak alkohol. Banyak sekali.

Selasa pagi, 3 November, para wanita di sayap barat Gedung Putih muncul untuk bekerja. Penampilan mereka sedikit berbeda, kebanyakan mengenakan baju hangat, rok, serta stiletto merah khas Partai Republik. Semua terlihat serupa: bersiap untuk pesta.

Sepanjang siang dan malam mereka menyaksikan jalannya pemilu. Ketika Trump mengungguli saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden di Florida, misalnya. Suasana cerah. Meja di kantor Sekretaris Pers Kayleigh McEnany dipenuhi botol anggor dan kantong-kantong berisi kripik.

Meski menampakkan kemenangan penting di Florida, ketegangan terjaga. Seorang staf berbicara kepada BBC sembari memeluk botol bir dengan label yang terkelupas sebagian di lengannya. Mereka optimis, meski tak mungkin mengabaikan rasa gugup.

"Kami merasa sangat baik," kata staf tersebut. Dia berbicara tentang Florida yang menunjukkan keunggulan Trump. "Kami sangat optimis."

Di belakangnya, volume layar televisi ditingkatkan. Seorang penyiar televisi memberi kabar yang mengguncang seisi ruangan. Ia menyinggung "anarki sosialis" dan membuat prediksi mengerikan tentang apa yang akan terjadi jika Partai Demokrat menang.

Sebuah harian New York Post tergeletak di rak buku, di tengah ruangan yang beraroma "Cozy Cashmere" --lilin beraroma berwarna merah muda di ruangan tersebut. Di tempat lain di gedung itu, pesta pemilihan ulang presiden sedang berlangsung.

Ratusan orang hadir sebagai undangan. Beberapa tamu tampak terbungkus sutra merah, berjalan di bawah langit yang begitu cerah hingga Anda dapat melihat bintang menggantung.

Putus tradisi

Ilustrasi foto White House (Srikanta/Unsplash)

Pesta itu memutuskan tradisi. Tak ada UU yang melarang seorang presiden mengadakan perayaan di Gedung Putih pada malam pemilihan. Tapi, tak ada juga presiden lain sebelum Trump yang menyelenggarakan pertemuan semacam itu.

Para pendahulu Trump, baik dari Partai Republik atau Partai Demokrat amat menjaga jarak antara agenda kampanye dan pemerintahan. Gedung Putih jelas milik pemerintahan AS. Dan agenda kampanye Trump jelas di luar itu. Tapi, untuk Trump, batas antara dua hal itu terkadang kabur.

Presiden Ronald Reagan dan Barack Obama pernah menggunakan Gedung Putih sebagai latar belakang dalam kampanye politik mereka. Tapi, keduanya tetap membuat perbedaan antara kegiatan kampanye dan pekerjaan mereka sebagai pemimpin negara.

Apa yang dilakukan Trump jelas berbeda. Batasan itu bagai lenyap. Begitu banyak orang terkejut dengan pemilihan tempat berpesta itu.

Gordon Adams, profesor emeritus di American University menuturkan pengalamannya melihat Gedung Putih pada malam pemilihan bersama Presiden Bill Clinton. Adams yang kala itu menempati posisi pejabat senior Gedung Putih untuk anggaran keamanan nasional tahun 1996 menghabiskan malam pemilihan bersama Clinton di Arkansas.

Namun, beberapa waktu kemudian ia sempat terbang kembali ke Washington dengan bus charter yang menurunkan mereka di Gedung Putih. "Sangat sepi," katanya. "Tidak ada orang di sana yang merayakan."

Karenanya, Adams merespons pesta yang digelar tim kampanye Trump dengan kata, "Itu menjengkelkan."