Microsoft Peringatkan Serangan Siber Meningkat Jelang Pemilu AS
Persiapan pilpres AS (dok. Microsoft)

Bagikan:

JAKARTA - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) akan berlangsung pada bulan November mendatang. Dalam masa-masa tersebut, serangan siber akan sangat tinggi terjadi dan menargetkan calon-calon presiden yang akan berlaga. 

Serangan ini diungkap oleh Microsoft dalam sebuah postingan blog. Corporate Vice President for Customer Security & Trust Microsoft Tom Burt. Keduanya mengatakan adan sejumlah serangan hacker yang datang dari Rusia, China dan Iran dalam beberapa pekan mendatang. 

Microsoft mengatakan sebagian besar serangan telah berhasil dideteksi dan diblokir. Namun serangan siber masih akan meningkat seiring kampanye Donald dan Joe Biden.

"Dalam beberapa pekan terakhir, Microsoft telah mendeteksi serangan dunia maya yang menargetkan orang dan organisasi yang terlibat dalam pemilihan presiden mendatang, termasuk serangan yang gagal terhadap orang-orang yang terkait dengan kampanye Trump dan Biden," kata Tom Burt, Senin, 14 September.

"Serangan yang kami umumkan hari ini memperjelas bahwa kelompok asing tersebut telah meningkatkan upaya target mereka yaitu pemilu 2020 seperti yang telah diantisipasi, dan serangan ini sejalan dengan apa yang telah dilaporkan oleh pemerintah AS dan lainnya,: dia melanjutkan.

Menurut Microsoft, para pelaku juga aktif menyerang sejumlah lembaga dan organisasi, konsultan, serta partai politik di Eropa. Microsoft mengidentifikasi serangan tersebut berasal dari kelompok berbasis di Rusia dan China.

"Kelompok ini telah menyerang orang-orang ternama yang terkait dengan pemilu, termasuk mereka yang terkait dengan Joe Biden dan pemimpin terkemuka dalam komunitas internasional," jelasnya.

Sementara, grup berbasis di Iran yang dijuluki Fosfor telah menargetkan akun pribadi orang-orang yang terkait dengan kampanye Trump, menurut Microsoft. "Mayoritas serangan ini terdeteksi dan dihentikan oleh alat keamanan yang terpasang di produk kami."

"Kami telah memberi tahu secara langsung mereka yang menjadi sasaran atau disusupi sehingga mereka dapat mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka sendiri," dia menambahkan.

Sejak pilpres AS tahun 2016, isu keamanan siber memang menjadi sorotan terutama setelah hacker Rusia membobol dan membocorkan email dari Democratic National Committe dan tim kampanye Hillary Clinton. Sejak saat itu, badan pemerintah seperti FBI dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency meningkatkan upayanya untuk menjaga pemilihan umum dari hacker dan disinformasi online.