Serangan <i>Malware</i> dan <i>Ransomware</i> Menghantui Jalannya Pilpres AS
Ilustrasi (Photo by Jefferson Santos on Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah jaringan mencurigakan kembali ditemukan menjelang proses pemungutan suara Pilpres Amerika Serikat (AS). Jaringan yang dijuluki Trickbot itu dapat menginfeksi komputer dengan malware dan juga ransomware.

Melansir laman Business Insider, Selasa 3 November, Microsoft pernah memperingatkan pejabat AS soal serangan malware yang meningkat jelang pemilu di AS. Kini bertepatan dengan hari pemilu, Trickbot muncul dan diklaim akan mengganggu jalannya proses pemungutan suara.

"Musuh dapat menggunakan ransomware untuk menginfeksi sistem komputer yang digunakan untuk mempertahankan daftar pemilih atau melaporkan hasil suara. Bahkan yang dikhawatirkan merebut sistem untuk menabur kekacauan dan ketidakpercayaan," ungkap Microsoft Corporate Vice President, Tom Burt dalam postingan Blog.

Menurut Tom, ransomware adalah salah satu ancaman terbesar dalam pemilu karena perangkat lunak itu berpotensi menginfeksi dan mengganggu sistem jaringan informasi pada hari pemilihan, dengan menargetkan basis data pendaftaran pemilih. 

Pada Oktober lalu, FBI dalam sebuah pernyataan memperingatkan, bahwa penjahat dunia maya kerap menggunakan Trickbot bersama dengan virus lainnya. Serangan malware ini pernah dialami sejumlah rumah sakit AS beberapa minggu lalu dan mengakibatkan kerusakan sistem, hingga menunda jalannya operasi pasien. 

Menurut manajer analisis dari Mandiant Threat Intelligence FireEye, Jeremy Kennell, gelombang serangan ransomware menunjukkan bahwa penjahat dunia maya membangun Trickbot baru yang tidak terpengaruh dan cepat beradaptasi dengan sistem jaringan tertentu. 

Dijelaskannya, Microsoft sekarang terkunci dalam permainan kucing-dan-tikus dengan pembuat Trickbot. Lantaran kelihaian mereka membangun kembali jaringan baru botnet menggunakan jenis malware lain. Seperti 

Kata Kennelly, keuletan para peretas adalah tanda bahwa operasi mereka tidak mungkin sepenuhnya digagalkan oleh Hari Pemilu. Itu juga merupakan tanda lain bahwa peretas dan malware mereka telah tumbuh lebih tangguh, bahkan melawan raksasa keamanan seperti Microsoft.

"Meskipun demikian, tampaknya ada upaya berkelanjutan untuk mengganggu infrastruktur botnet TrickBot yang terbukti berhasil, setidaknya untuk saat ini," ungkap Kennelly.

Di sisi lain, perusahaan keamanan Check Point mengungkapkan serangan ransomware telah meningkat 50 persen dalam tiga bulan terakhir. Mengingat sejak pilpres AS tahun 2016, isu keamanan siber terus menjadi sorotan terutama setelah hacker Rusia membobol dan membocorkan email dari Democratic National Committe dan tim kampanye Hillary Clinton. 

Sejak saat itu, badan pemerintah seperti FBI dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency meningkatkan upayanya untuk menjaga pemilihan umum dari hacker dan disinformasi online. Sebab malware jelas berpotensi memperburuk situasi dan memicu perselisihan tentang hasil pemilu AS.