JAKARTA - Para astronom di Universitas Nevada, Las Vegas (UNLV) berhasil mengidentifikasi planet yang tengah mengorbit pada tiga bintang atau dijuluki sistem GW Orionis.
Sistem GW Orionis atau GW Ori merupakan sistem bintang tiga yang terletak di kepala Orion the Hunter, dengan tiga bintang terikat satu sama lain oleh gravitasi, dan pengamatan terbaru oleh para astronom dari cincin debu di sekitar bintang-bintang itu, menunjukkan bahwa ada sebuah planet besar atau piringan protoplanet yang mengorbit ketiganya dalam apa yang disebut orbit circumtriple.
Piringan protoplanet itu adalah wilayah padat gas dan debu yang tersisa dari pembentukan bintang-bintang muda ini dan belum terhempas oleh angin bintangnya. Alasan para ilmuwan menyebutnya piringan protoplanet adalah karena bahan sisa dapat bergabung dan membentuk planet. Piringan protoplanet GW Ori memiliki celah yang menonjol di dalamnya, dan para ilmuwan mengumumkan pada bulan September bahwa mereka percaya sebuah planet ada di dalam celah ini.
Diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada September lalu, dan diambil dengan teleskop Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili, tampak planet berbentuk seperti cincin yang berada di tengah sistem bintang tiga. Penemuan ini memberi petunjuk kepada para astronom, kemungkinan ada planet masif yang tengah mengorbit di sana.
Untuk memahami penemuan yang tidak biasa ini, para astronom menggunakan data yang dikumpulkan oleh ALMA untuk membuat model sistem. Mereka mempertimbangkan berbagai kemungkinan apa yang bisa menyebabkan planet berada di celah sistem tiga bintang itu. Cakram protoplanet GW Ori berbeda, karena mengelilingi bukan hanya satu tetapi tiga bintang, dan memiliki struktur cincin yang melengkung dengan celah besar.
Namun, setelah membangun model GW Orionis, mereka menemukan bahwa itu bisa saja karena disebabkan oleh gaya gravitasi tiga bintang di pusat sistem. Tetapi penjelasan yang paling mungkin untuk penemuan ini adalah adanya keberadaan satu planet besar, untuk mengukir ruang di cincin debu, yang ukuran dan massanya mirip dengan Jupiter.
Meskipun sistemnya terlalu jauh untuk mendeteksi planet secara langsung, ini adalah model yang paling cocok dengan data. Menurut Jeremy Smallwood, penulis utama dan Ph.D. lulusan astronomi dari UNLV, biasanya itu merupakan planet pertama yang terbentuk dalam sistem bintang. Seperti planet terestrial Bumi dan Mars.
BACA JUGA:
Planet itu sendiri tidak dapat dilihat, tetapi temuan tersebut yang disorot dalam sebuah studi tersebut menunjukkan bahwa ini adalah planet circumtriple pertama yang pernah ditemukan.
Smallwood mengatakan, dengan teleskop ALMA, pengamatan lebih lanjut bisa dilakukan dalam beberapa bulan mendatang, yang dapat memberikan bukti langsung dari fenomena tersebut, seperti mengonfirmasi apakah memang ada sebuah planet di sana.
"Ini sangat menarik karena membuat teori pembentukan planet benar-benar kuat. Itu bisa berarti pembentukan planet jauh lebih aktif daripada yang kita duga, yang cukup keren," ujar Smallwood seperti dikutip dari Digital Trends, Senin, 3 Oktober.