JAKARTA - Teleskop Luar Angkasa Hubble dilaporkan telah melihat protoplanet muda mirip Jupiter yang sangat tidak biasa dalam pembentukan planetnya.
Dijuluki planet AB Aurigae b, adalah raksasa gas muda yang terletak sekitar 531 tahun cahaya dari Matahari, diperkirakan berusia sekitar 2 juta tahun. Para ilmuwan tahu bahwa planet gas dan berbatu seperti ini terbentuk dari materi yang berkumpul di sekitar bintang yang disebut piringan bintang.
Tetapi AB Aurigae b tampaknya menentang teori lama menyoal mekanisme pembentukan planet karena ukuran dan lokasinya yang cukup berbeda.
Menurut para ilmuwan yang menemukan planet ekstrasurya ini, tampaknya AB Aurigae b mendukung teori pembentukan planet yang tidak biasa, dikenal sebagai ketidakstabilan cakram atau digambarkan terbentuk secara intens dan keras.
AB Aurigae b mengorbit bintangnya pada jarak 8,6 miliar mil, yang lebih dari dua kali jarak Pluto dari Matahari. Mengingat jarak itu, para ilmuwan memperkirakan planet seperti ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terbentuk.
Namun, protoplanet ini sudah sembilan kali lebih besar dari Jupiter, dan pada usia yang sangat muda. Para ilmuwan percaya bahwa planet tersebut hanya mungkin melalui metode berbeda yang disebut pendekatan ketidakstabilan piringan.
"Pendekatan ini adalah model top-down di mana sebagai piringan besar di sekitar bintang mendingin, gravitasi menyebabkan piringan cepat pecah menjadi satu atau lebih fragmen planet-massa," kata para ilmuwan seperti dikutip dari Space, Rabu, 6 April.
Untuk sampai pada kesimpulan menyoal pembentukan, para ilmuwan membandingkan data dari gambar Hubble tentang AB Aurigae b dengan data dari instrumen pencitraan planet berbasis darat SCExAO pada Teleskop Subaru Jepang di Hawaii.
"Kekayaan data dari teleskop luar angkasa dan berbasis darat terbukti penting, karena membedakan antara planet bayi dan fitur cakram kompleks yang tidak terkait dengan planet sangat sulit," ujar para ilmuwan.
BACA JUGA:
Faktanya, bukan hanya gambar terbaru Hubble yang digunakan dalam penelitian ini, pemimpin peneliti Thayne Currie dari Subaru Telescope dan Eureka Scientific mencatat bahwa data arsip Hubble sangat penting untuk temuan tersebut.
"Kami tidak dapat mendeteksi gerakan ini dalam urutan satu atau dua tahun. Hubble memberikan dasar waktu, dikombinasikan dengan data Subaru, selama 13 tahun, yang cukup untuk dapat mendeteksi gerakan orbital," ungkap Currie.
Dengan begitu banyak data dari dua instrumen, para ilmuwan dapat mengkonfirmasi teori akresi inti planet tersebut, meskipun pengamatan lebih lanjut kemungkinan akan dilakukan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb setelah beroperasi akhir tahun ini.