Peneliti Temukan Dua Planet Baru yang Sedang Dibentuk, Mirip Bumi?
NASA, AURA/STScI untuk ESA, Leah Hustak (STScI)

Bagikan:

JAKARTA - Para peneliti telah menemukan dua bayangan gas dan debu yang mengelilingi sebuah bintang muda TW Hydrae, diduga dihasilkan oleh dua piringan kecil yang terletak di dalam sistemnya.

Kedua piringan tersebut diyakini sebagai bukti adanya sepasang planet yang sedang dibangun. TW Hydrae berusia kurang dari 10 juta tahun dan berada sekitar 200 tahun cahaya dari Bumi.

Pada masa pertumbuhannya, Tata Surya mungkin mirip dengan sistem TW Hydrae, sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Karena sistem bintang muda itu ketika dimiringkan hampir menghadap ke Bumi, adalah target optimal untuk mendapatkan pemandangan tepat sasaran dari halaman konstruksi planet.

Bayangan itu ditemukan dalam pengamatan yang diperoleh pada 6 Juni 2021, sebagai bagian dari program multi-tahun yang dirancang untuk melacak bayangan di cakram bintang.

John Debes, peneliti utama dan penulis utama studi yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal membandingkan cakram TW Hydrae dengan pengamatan Teleskop Hubble yang dilakukan beberapa tahun lalu.

"Kami menemukan bahwa bayangan telah melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda," ujar Debes, dikutip dari laman NASA, Sabtu, 6 Mei.

"Ketika saya pertama kali melihat data, saya pikir ada yang salah dengan pengamatan karena itu bukan yang saya harapkan. Saya bingung pada awalnya, dan semua kolaborator saya seperti, apa yang terjadi? Kami benar-benar harus melakukannya menggaruk kepala kami dan kami butuh beberapa saat untuk benar-benar menemukan penjelasan," imbuhnya.

Sebelumnya pada 2017, para astronom telah melaporkan penemuan bayangan menyapu permukaan piringan gas dan debu yang mengelilingi bintang Katai Merah.

Bayangan itu bukan dari sebuah planet, tetapi dari piringan dalam yang sedikit condong relatif terhadap piringan luar yang jauh lebih besar, menyebabkannya menghasilkan bayangan.

Salah satu penjelasannya adalah, gravitasi planet yang tak terlihat menarik debu dan gas ke orbit miring planet tersebut. Lebih lanjut, solusi terbaik yang ditemukan peneliti terdapat dua piringan yang tidak sejajar menghasilkan bayangan.

Mereka begitu dekat satu sama lain dalam pengamatan sebelumnya sehingga mereka terlewatkan. Seiring waktu, ia akan terpisah dan terbelah menjadi dua bayangan.

"Kami belum pernah benar-benar melihat ini sebelumnya pada piringan protoplanet. Itu membuat sistem jauh lebih kompleks dari yang kami kira," ungkap Debes.

Menurut peneliti, piringan yang tidak sejajar kemungkinan besar disebabkan oleh tarikan gravitasi dua planet di bidang orbit yang sedikit berbeda. Teleskop Hubble menyatukan pandangan holistik dari arsitektur sistem.

Piringan-piringan itu mungkin merupakan proksi untuk planet-planet yang saling memukul saat mereka berputar mengelilingi bintang.

"Itu menunjukkan bahwa kedua planet harus cukup dekat satu sama lain. Jika salah satu bergerak lebih cepat dari yang lain, ini akan diperhatikan dalam pengamatan sebelumnya. Ini seperti dua mobil balap yang dekat satu sama lain, tetapi satu pelan-pelan menyalip dan lap yang lain," jelas Debes.

Planet yang dicurigai terletak di wilayah yang kira-kira berjarak Jupiter dari Matahari. Dan, bayangan menyelesaikan satu rotasi mengelilingi bintang setiap 15 tahun, periode orbit yang diharapkan pada jarak tersebut dari bintang.

Juga, kedua piringan dalam ini miring sekitar lima sampai tujuh derajat relatif terhadap bidang piringan luar. Ini sebanding dengan kisaran kemiringan orbit di dalam Tata Surya.

“Ini sesuai dengan tipikal gaya arsitektur Tata Surya,” kata Debes.

Piringan terluar tempat bayangan jatuh dapat meluas sejauh beberapa kali radius sabuk Kuiper di Tata Surya. Piringan yang lebih besar itu memiliki celah yang aneh pada jarak dua kali rata-rata Pluto dari Matahari. Ini mungkin bukti adanya planet ketiga dalam sistem.

Planet dalam mana pun akan sulit dideteksi karena cahayanya akan hilang dalam silau bintang. Selain itu, debu dalam sistem akan meredupkan cahaya pantulannya.

Observatorium Space Gaia milik ESA mungkin dapat mengukur goyangan di bintang jika planet bermassa Jupiter menariknya, tetapi ini akan memakan waktu bertahun-tahun mengingat periode orbit yang panjang.