JAKARTA - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta seorang hakim federal di Florida untuk memaksa Twitter memulihkan akunnya, yang ditangguhkan perusahaan pada Januari lalu setelah serangan mematikan di gedung US Capitol, Washington DC.
Pengacara Trump pada Jumat 1 September kemudian mengajukan mosi di Pengadilan Distrik AS di Miami, mencari keadilan atas perintah awal Twitter dan CEO-nya, Jack Dorsey. Menurut mosi tersebut, mereka berpendapat bahwa Twitter menyensor Trump yang melanggar Hak Amandemen Pertama.
Platform microblogging itu secara permanen memang melarang Trump dari platformnya beberapa hari setelah para pengikutnya menyerbu Gedung Capitol, yang mencoba menghalangi Kongres untuk mengesahkan kemenangan Presiden AS Joe Biden.
Dikutip dari CBS News, Senin, 3 Oktober, perusahaan khawatir bahwa Trump nantinya akan semakin memicu kekerasan lebih lanjut. Sebelum pelarangan itu terjadi, Trump memiliki sekitar 89 juta pengikut di Twitter. Tidak hanya Twitter, Facebook dan YouTube pun ikut-ikutan menangguhkan akunnya.
Hal itu karena kekhawatiran serupa bahwa ia akan memprovokasi kekerasan di semua media sosialnya. Larangan Facebook hanya akan berlangsung dua tahun, hingga 7 Januari 2023, setelah itu perusahaan akan meninjau penangguhannya. Tetapi, larangan YouTube tidak terbatas.
BACA JUGA:
Pada Juli lalu, Trump jugs mengajukan tuntutan hukum di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan Florida terhadap ketiga perusahaan teknologi tersebut dan CEO mereka, mengklaim bahwa ia dan kaum konservatif lainnya telah salah disensor. Mosi untuk perintah pendahuluan diajukan sebagai bagian dari kasus Trump terhadap Twitter.
Sebagai informasi dilansir dari The Guardian, akun Twitter Trump adalah tanda khas dari pencalonannya untuk kepresidenan pada tahun 2016 dan yang terus dia gunakan selama menjabat menjadi presiden. Dia menggunakannya untuk menyerang musuh dan mendominasi siklus berita.
Tweet-nya juga sering didapati menghina seseorang dan mengundang kemarahan. Bahkan Trump kerap memposting konten rasis dan provokatif yang berbahaya tentang apa pun. Mulai dari imigrasi hingga asal-usul virus corona, sampai mendesak orang untuk melawan gubernur dari Partai Demokrat beberapa waktu lalu. Sayangnya Twitter enggan berkomentar tentang pengajuan Trump tersebut.