Bagikan:

JAKARTA - TikTok mengungkapkan telah mencapai 1 miliar pengguna bulanan. Ini adalah angka yang luar biasa untuk platform yang baru diluncurkan pada Agustus 2018 lalu.

Dalam perjalanannya, TikTok sering mendapat perhatian khusus oleh pemerintah termasuk Amerika Serikat (AS) yang khawatir tentang praktik pengumpulan data dari perusahaan induknya, ByteDance yang berbasis di China.

Menurut perusahaan analisis aplikasi SensorTower, yang dilansir dari The Verge, Selasa, 28 September, popularitas TikTok melonjak selama pandemi, menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di dunia pada kuartal pertama 2020, dengan sekitar 315 juta unduhan pada kuartal itu saja.

ByteDance dilaporkan melihat pendapatan 2020 lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya, menjadi 34,3 miliar dolar AS. Sejak diluncurkan hingga saat ini, SensorTower mengatakan unduhan TikTok telah mencapai 3,2 miliar dolar AS, termasuk perhitungan versi China-nya, Douyin.

Rata-rata pengguna bulanan TikTok pada Agustus naik 25 persen dari Agustus 2020. Pada Juni tahun ini, ByteDance bernilai 425 miliar dolar AS. Melihat kesuksesan TikTok, aplikasi lain juga membuat produk video durasi pendek mereka sendiri.

Misalnya saja Instagram milik Facebook meluncurkan Reels Agustus lalu, Snapchat memperkenalkan Spotlight klon TikTok dalam aplikasi pada bulan November, dan bahkan raksasa video YouTube masuk ke dalam permainan video durasi pendek, dengan YouTube Shorts di AS awal tahun ini.

Namun, TikTok terus berkembang. Sebuah laporan awal bulan ini menemukan pengguna TikTok menghabiskan lebih banyak waktu menonton kontennya daripada pengguna YouTube.

Sebagai informasi, pasar terbesar TikTok berada di Amerika Serikat (AS), Eropa, Brasil, dan Asia Tenggara, meskipun perusahaan induknya ByteDance berkantor pusat di China.

Tentu saja, TikTok telah menghadapi ancaman regulasi yang parah dalam beberapa tahun terakhir. Mantan Presiden Donald Trump berusaha memblokir transaksi bisnis AS dengan TikTok, dan di India. TikTok telah dilarang sejak tahun lalu.