Bagikan:

JAKARTA - Pada Senin, 20 Maret aplikasi berbagi video pendek, TikTok mengumumkan bahwa kini memiliki 150 juta pengguna aktif bulanan di Amerika Serikat, meningkat dari 100 juta yang diumumkan pada tahun 2020.

Aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan asal China ini mengonfirmasi angka tersebut menjelang kesaksian CEO TikTok, Shou Zi Chew di hadapan Komite Energi dan Perdagangan House pada Kamis, 23 Maret.

Pada Jumat, 17 Maret enam senator AS lagi mendukung legislasi bipartisan untuk memberikan Presiden Joe Biden kekuatan baru untuk melarang TikTok atas alasan keamanan nasional. Pekan lalu, TikTok mengatakan bahwa pemerintahan Biden menuntut pemilik asal China-nya melepaskan saham mereka di aplikasi itu atau akan menghadapi pelarangan di Amerika Serikat.

Aplikasi ini menghadapi tekanan yang semakin meningkat di Washington termasuk tuntutan untuk melarang aplikasi tersebut oleh banyak anggota Kongres yang khawatir data pengguna TikTok AS dapat jatuh ke tangan pemerintah China. TikTok mengatakan pada September 2021 bahwa secara global memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan.

Ketua Komite Intelijen Senat AS, Mark Warner, yang bersama-sama menyponsori legislasi untuk memberikan pemerintahan kekuatan lebih untuk melarang TikTok, mengatakan pada sebuah acara bahwa ia tidak berpikir data pengguna TikTok AS aman.

"Ide yang disebutkan bahwa data dapat dibuat aman di bawah hukum Partai Komunis China, tidak meyakinkan," katanya, dikutip Reuters.

TikTok mengatakan telah mengeluarkan lebih dari 1,5 miliar dolar AS (Rp23 triliun) untuk upaya keamanan data yang ketat, menolak tuduhan mata-mata dan mengatakan "jika melindungi keamanan nasional adalah tujuan, melepaskan kepemilikan tidak akan menyelesaikan masalah: perubahan kepemilikan tidak akan memberlakukan batasan baru pada aliran data atau akses."

Angka baru ini merupakan tanda popularitas luas aplikasi terutama di kalangan muda Amerika. Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, mengatakan kepada Bloomberg News bahwa pelarangan TikTok dapat memiliki dampak politik. "Politisi dalam diriku berpikir bahwa kamu akan kehilangan setiap pemilih di bawah usia 35, selamanya," katanya.

Beberapa pencipta konten TikTok akan datang ke Washington pekan ini untuk mempertahankan mengapa aplikasi tersebut tidak boleh dilarang.