Bagikan:

JAKARTA - Di tengah kecurigaan kerap mengakses data penggunanya, TikTok berencana membangun dua pusat data lagi di Eropa.

Menurut manajer umum TikTok untuk operasi di Eropa, Rich Waterworth dalam sebuah postingan blog, langkah ini diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran atas keamanan data pengguna dan mengurangi tekanan peraturan pada perusahaan.

TikTok saat ini sedang berusaha meyakinkan pemerintah dan regulator baik itu di Eropa maupun di Amerika Serikat (AS), data pribadi pengguna tidak dapat diakses dan kontennya tidak bisa dimanipulasi oleh Partai Komunis China atau siapa pun di bawah pengaruh Beijing.

"Kami sedang dalam tahap akhir menyelesaikan rencana pusat data kedua di Irlandia dengan penyedia layanan pihak ketiga, selain situs yang diumumkan tahun lalu," ujar Waterworth.

Media sosial milik ByteDance yang berbasis di China itu juga sedang dalam pembicaraan untuk mendirikan pusat data Eropa ketiga, tanpa menentukan lokasi.

"Kami juga sedang dalam pembicaraan untuk mendirikan pusat data ketiga di Eropa untuk lebih melengkapi rencana operasi kami di Irlandia. Data pengguna TikTok Eropa akan mulai bermigrasi tahun ini, berlanjut hingga 2024," ungkap Waterworth.

TikTok sangat populer di kalangan anak muda, tetapi kepemilikannya di China telah menimbulkan kekhawatiran pemerintahnya dapat menggunakan untuk mengumpulkan data tentang pengguna Barat atau mendorong narasi dan informasi salah yang pro-China.

CEO TikTok Shou Zi Chew bulan lalu telah diperingatkan pekabat tinggi Uni Eropa, dimana perusahaan harus mematuhi aturan digital baru dari blok 27 negara itu.

Undang-Undang Layanan Digital (DSA) mengamanatkan platform online dan perusahaan teknologi dengan 45 juta atau lebih pengguna harus mengambil langkah ekstra yang bertujuan untuk membersihkan konten ilegal dan disinformasi atau berpotensi menghadapi denda miliaran.

Komisi Eropa mewajibkan platform online dan mesin pencari hingga 17 Februari untuk mempublikasikan jumlah pengguna aktif bulanan mereka.

Platform online yang sangat besar memiliki waktu empat bulan untuk mematuhi peraturan, atau berisiko terkena denda.

TikTok melaporkan pada Jumat kemarin, memiliki 125 juta pengguna aktif bulanan di Uni Eropa, menempatkannya di atas ambang pengawasan ekstra di bawah aturan baru yang akan berlaku akhir tahun ini.

Di negara-negara non-Uni Eropa seperti Inggris dan Swiss, TikTok memiliki 150 juta pengguna. Meta juga turut melaporkan jumlah pengguna media sosialnya, seperti Facebook, 255 juta pengguna aktif bulanan, Instagram memiliki 250 juta pengguna.

Twitter mengatakan memiliki 100,9 juta pengguna, termasuk pengguna terdaftar dan mereka yang tidak masuk, seperti dikutip dari ABC News, Sabtu, 18 Februari.

Apple mengatakan App Store di iOS-nya memiliki lebih dari 45 juta pengguna tetapi tidak memberikan angka spesifik. Google mengatakan mesin pencariannya Search memiliki 332 juta pengguna yang masuk, sementara YouTube memiliki 401,7 juta pengguna yang masuk.