Bagikan:

JAKARTA - Bot baru milik perusahaan pencarian internet asal China, Baidu, yang diberi nama Ernie, diketahui belum mampu menjawab pertanyaan tentang Presiden China, Xi Jinping. Dalam pengujian yang dilakukan oleh Reuters, Ernie mengatakan bahwa ia belum belajar untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun, bot tersebut mampu menghasilkan gambar bunga dan menulis puisi gaya Dinasti Tang dalam hitungan detik.

Baidu mengeluarkan bot ini sebagai pesaing ChatGPT milik OpenAI. Setelah pengujian beberapa analis dan pengguna, mereka memberikan tanggapan positif terhadap pengalaman mereka menggunakan Ernie. Namun, masih ada pertanyaan tentang bagaimana Ernie dan chatbot China lainnya akan menangani topik yang sensitif di China daratan, di mana pemerintah ketat dalam melakukan sensor pada internet.

Pengujian Reuters terhadap ChatGPT menunjukkan bahwa chatbot yang didukung oleh Microsoft ini tidak enggan untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Beberapa pertanyaan tentang Xi, termasuk apakah ia pemimpin yang baik, kontribusinya terhadap China, dan permintaan puisi dan potret tentang dirinya ditanyakan pada Ernie. Ernie memberikan jawaban yang singkat tentang pendidikan dan peran Xi, tetapi ia menolak untuk menjawab sebagian besar pertanyaan tersebut.

Ernie memberikan jawaban serupa ketika ditanya tentang pembantaian demonstrasi pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989 dan perlakuan oleh otoritas terhadap minoritas etnis Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang. Bot tersebut bahkan memberikan saran agar topik dibicarakan pada topik yang berbeda.

Ernie mampu memberikan jawaban panjang pada beberapa pertanyaan tentang hubungan internasional, seperti mengapa hubungan AS-China memburuk, namun ia tetap menghindari pertanyaan kontroversial, seperti apakah China harus menggunakan kekuatan militer untuk menyatukan kembali dengan Taiwan.

Baidu menegaskan bahwa bot ini mematuhi permintaan pemerintah untuk melakukan sensor pada hasil pencarian tentang topik yang sensitif. Ketika ditanya tentang bagaimana menghadapi topik yang sensitif, bot tersebut mengatakan bahwa ia mempertimbangkan "hukum yang relevan dan standar moral" dalam menentukan apakah topik tersebut dapat "dibahas secara terbuka".

CEO Baidu, Robin Li, mengatakan bahwa chatbot ini tidak sempurna dan meminta pengguna untuk memahami kesalahannya, dan ia yakin bahwa chatbot ini akan menjadi lebih baik dengan umpan balik pengguna.