Penyair Indonesia, Sapardi Djoko Damono Warnai Google Doodle Hari Ini
Google doodle Sapardi Djoko Damono (foto: Google)

Bagikan:

JAKARTA - Tepat pada tanggal 20 Maret, Google Doodle Indonesia memperingati hari lahir seorang penyair yang merevolusi puisi liris Indonesia, Sapardi Djoko Damono. 

Tidak hanya terkenal sebagai penyair, Sapardi juga terkenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra. Jadi, bagaimana sejarah kehidupan Sapardi Djoko Damono, sosok Google Doodle hari ini? Simak di sini. 

Perjalanan Karir Sapardi Djoko Damono

Lahir pada 20 Maret di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1940, pria yang akrab dipanggil Sapardi ini menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan untuk membaca buku yang ia dapatkan dan mulai menulis puisi ketika menginjak bangku SMA di Surakarta. 

Selepas SMA,  Sapardi melanjutkan studinya di Fakultas Sastra dan Kebudayaan di Universitas Gadjah Mada, Jurusan Sastra Inggris. 

Pada tahun 1969, Sapardi merilis kumpulan puisi pertamanya, dukaMu abadi. Pada saat sebagian besar penyair Indonesia berfokus pada refleksi dan gagasan masyarakat, debut Sapardi justru mencerminkan kondisi manusia. 

Karena kesuksesan buku tersebut, melansir dari laman web Kemendikbud, Sapardi dikukuhkan sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia pada tahun 1995.

Menurut keterangan Google, Sapardi kemudian menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gayanya yang lugas dan introspektif sebelum ia menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986. 

Berlandaskan niatnya untuk mempromosikan bentuk seni di seluruh negeri, suami dari Wardiningsih itu kemudian mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dan menjabat sebagai ketua untuk tiga periode berturut-turut. 

Kemudian, pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan buku dari kumpulan puisi-puisinya berjudul Hujan Bulan Juni. Universitas Indonesia juga memilih Sapardi sebagai dekan fakultas dan mengadakan resital puisi pada tahun 2010 untuk merayakan karya hidupnya.

Kemudian dalam karirnya, Sapardi mendapatkan penghargaan bergengsi termasuk Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sastra pada tahun 2003 dan Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun 2012.