Deretan Karya Sastrawan Sapardi Djoko Damono
Sastrawan Sapardi Djoko Damono (Foto: Twitter @SapardiDjoko_ID)

Bagikan:

JAKARTA - Sastawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pagi tadi di Rumah Sakit Eka Hospital, BSD Tangerang Selatan. Dia akan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat selepas ashar.

Banyak orang yang ikut kehilangan. Bagaimana tidak, pria kelahiran Surakarta pada 20 Maret 1940 ini merupakan sastrawan besar di tanah air. Deretan karya dan berbagai penghargaan telah ia raih atas peran apiknya di bidang sastra.

Beberapa karyanya yang sangat melegenda seperti Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), dan Arloji (1998). Serta Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003), kumpulan cerpen Pengarang Telah Mati (2001), dan kumpulan sajak Kolam (2009).

Buku puisi Hujan Bulan Juni pun telah diadaptasi ke dalam sebuah novel dan film. Sapardi juga diketahui menulis beberapa buku yang sangat penting antaralain:

Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979), Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999), Novel Jawa Tahun 1950-an:Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996), Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999), Sihir Rendra: Permainan Makna (1999) dan Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.

Supardi aktif menulis sejak lulus SMA Negeri 2 Surakarta 1958. Saat itu dia sudah mengirimkan karyanya ke berbagai majalah.

Pada saat kuliah, gairah sastranya kian menggebu saat menempuh kuliah Bahasa Inggris di Universitas Gasjah Mada, Yogyakarta. Karyanya dikenal karena memakai bahasa sederhana. Bahasa yang mudah dipahami masyarakat

Tak ayal, kaum milenial banyak yang menganggumi dirinya. Hal itu terlihat saat mereka terlihat memberikan ucapan belasungkawa seraya mengenang karya Sapardi lewat media sosial Twitter hingga menjadi trending topic pertama.

"Harinya akan datang, Ketika tubuh saya tidak ada lagi, Tetapi di baris puisi ini, Aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian. Beristirahatlah dengan tenang Pak Sapardi Djoko Damono (terjemahan)," tweet @mariposaitb.

"Aku ingin mencintaimu, Dengan sederhana, Dengan kata yang tak sempat, Diucapkan kayu kepada api, Yang menjadikannya abu.. Aku ingin mencintaimu, Dengan sederhana, Dengan isyarat yang tak sempat, Disampaikan awan kepada hujan, Yang menjadikannya tiada. Selamat jalan Pak Sapardi," ungkap akun @kunisyyatannbl.

"Juli mengunjungi sapardi, Membawa sisa sisa puisi dari hujan bulan juni, Yang tabah dan bijaksana dengan kata yang tak sempat ia ucapkan pada api. Ragamu tak lagi membumi, puisimu akan tetap abadi. Selamat jalan pak sapardi tak ada yang lebih abadi dari hujan bulan juni," ujar akun @FebriantoSetyo_

"Kita abadi yang fana itu waktu. Selamat jalan Pak Sapardi Karyamu abadi @SapardiDjoko_ID," tweet @andhikageraldi.