Bagikan:

JAKARTA – Tepat pada hari Selasa 9 September 2021, El Salvador resmi mengesahkan Bitcoin sebagai alat tukar yang sah. Presiden El Salvador, Nayib Bukele telah mengambil langkah yang berani dengan mengadopsi Bitcoin. El Salvador menjadi sorotan dunia.

Meski demikian, tidak sedikit yang skeptis dengan keputusan tersebut. Sebagian penduduk El Salvador mengkhawatirkan volatilitas mata uang kripto. Harga aset kripto bisa melambung tinggi namun juga bisa terjun bebas.

Tentunya adopsi Bitcoin tersebut bisa memudahkan pengiriman uang dari luar negeri. Transfer bisa lebih cepat dan efisien ketimbang via bank. Meski begitu, langkah El Salvador tidak lepas dari pro kontra. Berikut ini plus minus adopsi Bitcoin di El Salvador sebagaimana dilansir dari Reuters.

  1. Remitansi

Pada tahun 2020, orang-orang El Salvador yang tinggal dan bekerja di negara lain dilaporkan melakukan pengirman uang dari luar negeri (remitansi) hampir 6 miliar dolar AS (sekitar Rp85,5 triliun). Sebagian besar pengiriman uang itu berasal dari warganya yang tinggal di Amerika Serikat. Jumlah uang tersebut setara dengan 23 persen produk domestik bruto (PDB) El Salvador.

Beberapa waktu lalu, Presiden Nayib Bukele menjanjikan “manfaat besar” dari keputusannya dan mengklaim bahwa masyarakat El Salvador bisa menghemat 400 juta dolar AS (Rp5,7 triliun) yang dihabiskan setiap tahun dari biaya pengiriman uang tersebut.

Meski demikian, faktanya masih banyak masyarakat El Salvador yang tidak percaya pada bitcoin. Di sisi lain, Bank Dunia mengklaim bahwa biaya pengiriman uang di negara Amerika Tengah merupakan yang paling rendah di dunia.

  1. Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Bitcoin

Sejumlah pihak menyoroti aktivitas penambangan Bitcoin yang dinilai menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan karena dituding menghasilkan emisi karbon. Bank Dunia mengkhawatirkan dampak lingkungan dari penambangan bitcoin.

Pasalnya aktivitas mining membutuhkan daya listrik yang lebih besar dari biasanya. Sebagian besar penambangan saat ini menggunakan perangkat komputasi tinggi dan itu memakan daya besar. Pada  Maret lalu, Bank of America mengungkapkan emis CO2 global dari industri penambanga bitcoin telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 60 juta ton setara dengan polusi yang dihasilkan dari 9 juta mobil.  

Terkait masalah tersebut, Presiden Bukele menawarkan solusinya dengan menginstruksikan perusahaan listrik negara LaGeo untuk menawarkan energi terbarukan bagi perusahaan penambangan bitcoin. Mereka berencana memanfaatkan gunung berapi untuk dijadikan energi penambangan bitcoin.  

  1. Risiko Tinggi

Ketika bitcoin diajukan untuk menjadi alat tukar negara, keputusan tersebut diklaim membahayakan sistem keuangan dan berpotensi dijadikan sebagai sarana pencucian uang dan juga pendanaan teroris.

Lembagai Fitch Ratings menilai bahwa “keuntungan modal tidak akan dikenakan pajak dan pajak bisa dibayarkan dalam bentuk bitcoin sehingga bisa menarik aliran bitcoin dari luar negeri ke negara tersebut. Ini bisa meningkatkan risiko terkait kegiatan ilegal dan bisa melewati sistem keuangan El Salvador.”

Imbasnya, IMF menunda pengajuan pinjaman dari El Salvador beberapa waktu lalu sebesar 1 miliar dolar AS. Firma pemeringkat Moody’s menilai  keputusan El Savador mengadopsi Bitcoin  telah menurunkan peringkat kelayakan kredit negara itu. Ditambah lagi, obligasi negara dalam mata uang dolar semakin tertekan.

Presiden Bukele telah menyiapkan dana sejumlah 150 juta dolar AS (Rp2,1 triliun) untuk mengonversi bitcoin ke dolar. Meski demikian, keraguan tetap membayangi negara tersebut karena bitcoin berisiko tinggi sebab fluktuasi harganya yang tajam.

Fitch menilai bahwa bitcoin memberikan dampak negatif bagi perusahaan asuransi El Salvador karena terdampak risiko volatilitas valuta asing dan pendapatan yang lebih tinggi.

“Pengguna yang menahan bitcoin di neraca mereka untuk waktu lama akan sangat terkena volatilitas harganya, meningkatkan risiko aset,” ungkap Fitch pada Agustus lalu.

Meski demikian, keputusan ini telah menguntungkan pemilik bitcoin sebagaimana yang terjadi di El Zonte, sebuah kota di El Salvador yang berlokasi di dekat pantai. Pembayaran dengan bitcoin di El Zonte sudah lumrah, bahkan sebelum pemerintah memutuskan untuk mengadopsi bitcoin sebagai mata uang negara.