JAKARTA - Sejumlah petinggi raksasa teknologi di Amerika Serikat (AS) mengecam kebijakan Presiden Donald Trump yang memperpanjang larangan visa bagi pekerja asing, hingga akhir tahun 2020. Kebijakan itu dianggap akan memperburuk kondisi pemulihan ekonomi di AS.
Seperti dilansir dari Techcrunch, Trump menghentikan penerbitan green card (kartu bagi pekerja asing) dan membekukan sementara perilisan visa kerja temporer untuk jenis H-1B, H-2B, H-4, J-1, dan L-1. Berbagai perusahaan teknologi, baik Google-Alphabet, Uber, Twitter hingga Amazon memberikan reaksi atas keputusan Trump tersebut.
BACA JUGA:
CEO Google-Alphabet, Sundar Pichai dalam unggahan pada akun Twitter pribadinya kecewa dengan larangan visa ini. Terlebih dirinya yang juga merupakan warga imigran dari India.
"Imigrasi sangat berkontribusi terhadap kesuksesan ekonomi AS, menjadikan (AS) pemimpin global di bidang teknologi, dan (membuat) Google menjadi seperti saat ini," tulis Pichai, seperti dikutip VOI, Kamis, 25 Juni.
Tak hanya Pichai, masing-masing petinggi perusahaan teknologi juga mengungkapkan sejumlah kekecewaanya melalui Twitter. Pasalnya banyak talenta dari perusahaan-perusahaan teknologi ini amat mengandalkan green card, khususnya untuk mendatangkan talenta dan teknisi berketerampilan tinggi dari seluruh dunia.
"Mencegah profesional berkemampuan tinggi untuk memasuki negara ini dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi Amerika menempatkan daya saing global Amerika dalam bahaya," kata Amazon dalam keterangan resminya.
Very much disagree with this action. In my experience, these skillsets are net job creators. Visa reform makes sense, but this is too broad.
— Elon Musk (@elonmusk) June 23, 2020
CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk juga tidak setuju dengan tindakan Trump dengan melarang pekerja asing datang ke AS. Ia mengatakan skill-skill tingkat tinggi yang dibatasi oleh aturan imigrasi ini merupakan penghalang bagi terciptanya lapangan kerja di AS.
Juru bicara Facebook menyatakan, pada kenyataannya, larangan imigrasi akan membuat ekonomi AS sulit untuk pulih dari pandemi virus corona "Kebijakan terbaru Presiden Trump menggunakan pandemi Covid-19 sebagai justifikasi untuk membatasi imigrasi. Dalam kenyataannya, upaya untuk membuat talenta berketerampilan tinggi keluar dari AS akan membuat pemulihan ekonomi AS lebih sulit," ungkapnya.