JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengecam pernyataan yang disampaikan Donald Trump. Dalam kampanyenya di Tulsa, Oklahoma, Trump memerintahkan para pejabat di pemerintahannya memperlambat uji COVID-19.
Trump berusaha merekayasa. Dengan memperlambat uji COVID-19, Trump berharap jumlah kasus di negaranya 'menurun'. Joe Biden yang juga saingan Trump dalam Pemilu AS mendatang berkicau di akun Twitternya: Percepat pengujian.
Kicauan itu dilakukan setelah Trump membuat pernyataan mengejutkan selama kampanye. Seorang pejabat administrasi AS kemudian mengatakan bahwa Presiden Trump "jelas-jelas bercanda."
Speed up the testing.
— Joe Biden (@JoeBiden) June 21, 2020
"Anda tahu pengujian adalah pedang bermata dua," kata Trump sambil mengeluhkan bingkai peliputan pers tentang caranya menangani COVID-19.
"Inilah bagian yang terburuk ... Ketika melakukan pengujian sejauh itu, Anda akan menemukan lebih banyak orang; Anda akan menemukan lebih banyak kasus. Jadi saya katakan kepada para pejabat (di pemerintahannya), tolong perlambat pengujiannya," kata Trump.
Melansir CNN, Senin, 22 Juni, Wakil Manajer Kampanye Joe Biden, Kate Bedingfield juga mengutarakan komentarnya. Ia mengatakan bahwa apa yang dikatakan Trump adalah "momen memalukan yang akan diingat lama setelah bencana kampanye malam itu."
"Presiden Trump baru saja mengakui bahwa ia menempatkan politik di atas keselamatan dan kesejahteraan ekonomi rakyat Amerika, bahkan ketika kami baru saja mencatat jumlah kasus COVID-19 baru dalam hampir dua bulan dan 20 juta pekerja tetap tidak bisa bekerja," kata Bedingfield.
Dr. Ashish Jha, Direktur Harvard Global Health Institute, mengatakan bahwa komentar Trump sangat konsisten dengan kebijakan Gedung Putih dalam menghadapi virus. Selain itu, Dr. Ashish Jha menyayangkan komentar-komentar yang menganggap pernyataan sebagai lelucon.
"Hal tersebut sangat menyebalkan bagi jutaan orang Amerika yang sakit dan belum bisa menjalani tes," kata Jha.
"Pasti sangat menyebalkan bagi orang-orang yang kehilangan keluarga di panti jompo karena kami belum bisa melakukan pengujian di panti jompo dan pekerjanya atau pekerja pabrik pengemasan daging. Sayangnya ini bukan lelucon," tambah Jha.
Jha melanjutkan, angka kematian AS lebih dari seratus ribu sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengujian COVID-19. Trump menyatakan hal tersebut juga dikarenakan banyak negara bagian, termasuk Oklahoma, mengalami peningkatan kasus COVID-19 melebihi jumlah tes COVID-19. Pada Kamis 18 Juni, setidaknya 21 negara bagian di AS mengalami peningkatan kasus dari satu minggu ke minggu berikutnya, menurut analisis dari Universitas John Hopkins.
Kampanye Trump seolah menepis kekhawatiran tentang pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung. Ia tetap bergerak maju dengan kampanye yang dijadwalkan, meski pejabat kesehatan masyarakat telah memperingatkan tentang risiko penularan.
Komentar Presiden tentang pengujian juga datang beberapa jam setelah enam staf yang bekerja untuk kampanye di Tusla, Oklahoma, dinyatakan positif COVID-19. Mereka dinyatakan positif COVID-19 beberapa jam sebelum Trump tiba di Oklahoma.
BACA JUGA:
Pekan lalu, Trump juga mengatakan bahwa pengujian COVID-19 adalah hal yang berlebihan. Ia juga mengatakan hal itu membuat AS tampak buruk.
Kampanye di Tulsa pada Sabtu 20 Juni tersebut menarik kerumunan yang lebih sedikit dari yang diperkirakan. Trump juga mengatakan bahwa COVID-19 memiliki lebih banyak nama daripada penyakit lainnya.
"Saya bisa mengatakannya, 'Kung Flu.' Saya dapat menyebutkan 19 versi berbeda lainnya," ungkap Trump.
Trump berpidato hampir selama dua jam yang menandai kembalinya Trump setelah absen tiga bulan kampanye karena pandemi COVID-19. Trump juga menyatakan bahwa ia menikmati kesempatan untuk memangkas media, memangkas "radikal kiri" yang katanya mengambil alih jalan-jalan Amerika. Tak ketinggalan, ia mengomentari rivalnya, yaitu Joe Biden yang digambarkannya sebagai orang yang lemah dan tidak mampu secara mental.