JAKARTA - Ilmuwan dan masyarakat Barat menyebutnya sebagai magic mushroom. Sedangkan kita, masyarakat Indonesia, seringkali menyebutnya sebagai mushroom saja. Atau, jika Anda masih belum ingat, jenis jamur yang cuma bisa ditemukan pada kotoran sapi.
Meskipun berbentuk jamur dan tumbuh secara alami, magic mushroom dikenal memiliki efek layaknya psikotropika. Bisa menyebabkan efek halusinasi, euforia, dan banyak gejala lainnya pada pengguna. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia pun mengklasifikasikannya sebagai Narkoba Golongan 1.
Meskipun dianggap sebagai tanaman yang berpengaruh buruk, peneliti menemukan manfaat dari magic mushroom. Psilocybin, kandungan psikotropika pada jenis jamur ini, ternyata juga dikenal memiliki potensi sebagai antidepresan yang cukup efektif.
Bulan April lalu, ilmuwan yang dipimpin ahli syaraf asal Imperial College London, Robin Carhart-Harris, menjalankan fase uji coba II dari perbandingan efek psicolybin dengan obat anti depresi. Dan hasil yang didapat cukup menjanjikan.
Dari percobaan tersebut, psicolybin ternyata memiliki tingkat efektivitas yang sama seperti obat anti depresan. Terutama saat dipakai untuk terapi mental.
Kini, uji coba baru dilakukan pada tikus. Dan peneliti ingin mengetahui bagaimana dampak zat pada magic mushroom ini terhadap hewan pengerat tersebut. Hasilnya cukup mengejutkan!
BACA JUGA:
Sukses Dapatkan Efek Psilocybin pada Tikus
Dari penelitian sebelumnya, ilmuwan mengambil kesimpulan bahwa obat psikedelik mampu menyebabkan perubahan pada syaraf. Hanya saja, peneliti belum menemukan apa yang sebenarnya dilakukan psicolybin pada otak serta berapa lama efeknya.
Oleh karena itu, ilmuwan pun mengujicobakannya pada seekor tikus. Dari uji coba yang dipimpin ahli saraf Alex Kwan dari Yale University tersebut, ditemukan bahwa senyawa tersebut mampu memicu peningkatan koneksi saraf –hanya beberapa saat setelah satu dosis psilocybin disuntikkan.
Menurut tim peneliti, temuan ini bisa membantu menjelaskan efek antidepresan yang sudah ditemukan penelitian yang lalu.
“Kami tidak hanya melihat 10 persen peningkatan dari jumlah koneksi saraf, tapi juga 10 persen lebih besar. Sehingga, koneksi tersebut juga lebih kuat juga,” ungkap Alex Kwan dikutip dari Science Alert, Rabu, 7 Juli.
Seperti diketahui, depresi seringkali dikaitkan dengan neurotransmitter serotonin. Ini adalah hormon dalam tubuh yang bertugas menyampaikan pesan atau sinyal antara satu wilayah ke wilayah lain pada otak.
Efek psilocybin, dan banyak obat serotonergic psikedelik lain seperti ayahuasca dan mescaline, juga berhubungan erat dengan serotonin. Fakta tersebutlah yang membawa ilmuwan untuk mengeksplorasi potensi psilocybin sebagai obat anti depresi, yang mengagumkan, ternyata sangat efektif!