Bagikan:

JAKARTA - Selain gula, garam juga diandalkan sebagai bumbu dapur yang dapat memperlezat cita rasa makanan. Jika dikonsumsi dalam takaran normal, hal ini sah-sah saja. Namun, jika berlebihan bisa berpotensi mengundang hipertensi, bahkan lebih buruknya mengganggu fungsi otak.

Melansir dari ABC.Net, Jumat, 5 Maret, para peneliti menemukan fakta bahwa garam dapat menyebabkan gangguan kognitif pada otak tikus dan hal ini bisa juga terjadi pada manusia. Jika terus menerus mengonsumsi garam dalam jumlah banyak, sama dengan membuka peluang untuk menurunkan fungsi otak.

Costantino Iadecola, direktur Feil Family Brain and Mind Research Institute di Weill Cornell Medicine di New York, mengatakan bahwa saat peneliti memberi makan tikus dengan porsi asupan garam 8 hingga 16 kali lebih banyak dari asupan normal mereka, tidak butuh waktu lama bagi para peneliti mengamati efek perilaku pada tikus tersebut.

"Setelah sekitar tiga bulan, tikus menjadi gila," kata Dr. Iadecola. "Tikus menjadi sangat atraktif, mereka lama kelamaan kehilangan kemampuan untuk mengenali objek normal."

“Tikus-tikus tersebut juga jadi sulit mencari tempat yang nyaman untuk ditinggali. Mereka kehilangan kemampuan membuat sarang.” Lanjut Dr. Iadecola.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience pun menunjukkan bahwa manusia akan mengalami respons serupa jika mengonsumsi makanan dengan kadar sodium atau garam tinggi.

Menurut data yang ada, orang Australia rupanya cenderung mengonsumsi garam dua kali lipat lebih banyak dari porsi harian yang direkomendasikan. Kebanyakan asupan garam diperoleh dari sumber makanan olahan. Dr. Iadecola mengatakan, dua sendok teh garam yang rata-rata dimakan orang Australia tiap hari dapat berisiko menurunkan fungsi otak dalam jangka panjang. Harusnya, batas maksimal asupan garam dalam tubuh seseorang hanya 1 sendok teh atau setara dengan 2.400mg per hari.

Namun, kemampuan lambat berpikir mungkin tidak secepat yang terlihat pada tikus. “Efeknya mungkin akan terlihat bertahun-tahun dan mungkin beberapa dekade, dibandingkan pada tikus yang hanya beberapa bulan saja," kata Dr Iadecola.

Profesor Bryce Vissel, direktur pusat ilmu saraf di Universitas Teknologi Sydney pun menjelaskan bahwa konsumsi sodium yang tinggi dapat menyebabkan disfungsi kognitif. “Ini menunjukkan bahwa garam menyebabkan perubahan kekebalan yang mendalam di usus, sehingga efeknya  otak menjadi autoimun," katanya.