Bagikan:

JAKARTA - Sebentar lagi proyek Satria-1 akan segera rampung. Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo menyatakan satelit tersebut akan mengudara pada 2023 dengan karakteristik internet berkecepatan tinggi.

Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latif menuturkan, meski bukan lagi eranya satelit, tetapi teknologi tersebut tidak dipungkiri masih sangat dibutuhkan.

"Saat ini satelit itu ibarat bangkit dari kubur ya, meski bukan eranya lagi. Akan tetapi ini masih tetap dibutuhkan. Banyak publik belum mendapat akses internet, makanya kita membutuhkan satelit. Kenapa satelit? Bukan terestrial, karena pengembangannya cukup lama sekitar 10 tahun, makanya kita pakai satelit saja agar lebih cepat," ungkap Anang dalam konferensi pers virtual, Rabu 7 Juli.

 Anang mengatakan, satelit Satria-1 saat ini sedang dalam tahap konstruksi, di mana satelit itu membutuhkan waktu sekitar 36 bulan untuk diproduksi.

 "Untuk produksi satelit tengah dilakukan di Prancis, dan produksi roket berada di Amerika Serikat (AS), saat ini masih dalam tahap produksi, dan membutuhkan waktu 36 bulan, kira-kira sudah 20 sampai 25 persen," jelas Anang.

 Untungnya, Anang menyatakan tidak ada keterlambatan dalam proses produksi akibat pandemi. "Jadi kami belum ada laporan terkait keterlambatan karena pandemi untuk di luar negeri. Lebih dari 90 persen ini menggunakan komponen di luar negeri, sedangkan di Indonesia belum bisa membangun TKDN karena pandemi (manufacturing)," ucapnya.

Sementara, untuk proyek satelit ini BAKTI Kominfo menggandeng PT Satelit Nusantara Tiga, nantinya akan digunakan di slot orbit 146 bujur timur (BT), dan diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9 di Texas. Biaya ketersediaan layanan pertahun akan menghabiskan 1,40 triliun dengan masa konsesi 15 tahun.

Satelit itu nantinya akan meluncur pada perkiraan 2023. Saat diluncurkan nanti, satelit Satria-1 akan memiliki total kapasitas transmisi sebesar 150 Gbps, atau tiga kali lebih besar dari total sembilan satelit yang kini digunakan oleh Indonesia. Diklaim, sekitar 1,14GB per user per bulan dengan satu satelit Satria-1.

Dijelaskan Anang, dengan menggunakan satelit maka 150.000 titik di daerah pelosok yang tidak terjangkau kabel serat optik dalam proyek Palapa Ring bisa ikut menikmati internet berkecepatan tinggi, mulai dari sekolah, kantor desa, puskesmas, hingga rumah sakit.

Namun, Anang menjelaskan jika satelit Satria-1 belum bisa memuaskan semua pihak. Pasalnya, kuota dan kapasitas yang dimiliki jaringannya belum kuat. Masih diperlukan Satria-2 dan Satria-3 mengorbit untuk menambah kapasitas internet di masing-masing titik.

Nantinya, untuk satelit kedua, akan didesain dengan kapasitas 200 Gbps. Sedangkan satelit ketiga 500 Gbps, "Dengan adanya satelit kedua dan ketiga, kapasitasnya akan meningkat dari hanya 10 Mbps menjadi 30 Mbps. Ini karena, kedepannya penggunaan aplikasi butuh bandwidth yang besar minimal 30 Mbps," tutur Anang.