JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membatalkan proyek Hot Backup Satellite (HBS), satelit cadangan untuk mengoptimalkan peluncuran dari SATRIA-1.
Proyek HBS dihentikan setelah Satuan Tugas Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Satgas BAKTI) Kominfo mengkaji urgensi, anggaran, kemajuan kontrak, dan risiko operasional dari SATRIA-1 yang telah berhasil diluncurkan.
Menurut Ketua Satgas BAKTI Kominfo Sarwoto Atmosutarno, proyek senilai Rp5,2 triliun ini harus dibatalkan setelah mempertimbangkan jalannya proyek SATRIA-1 dalam waktu dekat. Mereka tidak ingin proyek SATRIA-1 terganggu dengan adanya proyek lain hingga gagal.
“Satelit SATRIA-1 ini akan segera beroperasi awal 2024 sehingga kita akan sangat sibuk dengan bagaimana memanfaatkannya secara optimal, baik untuk kapasitas space segment ataupun ground segment. Jangan sampai kita tidak fokus,” kata Sarwoto dalam rilis resmi.
BACA JUGA:
Sebelum mengambil keputusan final mengenai penghentian kontrak HBS ini, Satgas BAKTI telah membuat rekomendasi terkait governance, risk, dan compliance. Mereka juga memastikan bahwa negara tidak mengalami kerugian atas diakhirinya kontrak HBS.
Dengan dibatalkannya HBS, anggaran proyek ini akan digunakan untuk kebutuhan lain. Dana ini nantinya dialihkan untuk perluasan dan peningkatan akses konektivitas digital, khususnya dalam mencapai target keberhasilan Inklusi Digital.
Sebagai informasi, SATRIA-1 merupakan satelit multifungsi milik negara yang akan ditempatkan di orbit Geostasioner 146 Bujur Timur, tepatnya di atas Pulau Papua.
SATRIA-1 telah berhasil diluncurkan pada 18 Juni lalu di Amerika Serikat, tepatnya di Kennedy Space Center, Cape Canaveral. Saat ini, SATRIA-1 masih dalam perjalanan menuju orbit dan diperkirakan bisa beroperasi di awal tahun 2024.