JAKARTA - Selama menjalankan misi Apollo, NASA membawa pulang banyak serpihan bebatuan dan debu dari bulan. Dalam penelitiannya, partikel Bulan ternyata cukup berbahaya bagi manusia.
Umumnya, debu di Bumi berbentuk partikel kecil, tetapi di permukaan Bulan, debu tampak tajam seperti kaca, dan dapat merusak paru-paru manusia jika terhirup. Pusat Penelitian Glenn NASA di Cleveland sedang bekerja untuk mengurangi bahaya debu tersebut.
"Kami belajar dari Apollo bahwa debu Bulan bisa berukuran kurang dari 20 mikron (sekitar 0,00078 inci). Debunya sangat halus, abrasif dan tajam, seperti pecahan kaca kecil, membuatnya lebih berbahaya daripada sekadar gangguan biasa," ungkap peneliti utama program penumpahan debu pasif di NASA Glenn, Sharon Miller dikutip dari situs resmi NASA.
Coming Soon ➡️ @NASA_SLS Core Stage
Teams are continuing final preparations to lift, place & secure the Space Launch System core stage on the mobile launcher. When integrated, the core stage & twin boosters will provide more than 8.8 million lbs of thrust to launch #Artemis I. pic.twitter.com/CmvaVfsKY3
— NASA's Kennedy Space Center (@NASAKennedy) June 10, 2021
Di bawah program Artemis, NASA merencanakan kembali ke Bulan di tahun-tahun mendatang, yang akan membawa astronot dan peralatan tak berawak di permukaan Bulan.
Badan antariksa menjelaskan bahwa mereka belajar beberapa pelajaran sulit tentang debu Bulan selama misi Apollo. Termasuk penyebab peralatan yang tersumbat, dan apa yang merusak pakaian luar angkasa, menyebabkan radiator terlalu panas, dan bahkan mengganggu fungsi berbagai instrumen.
Tentu saja penelitian ini membutuhkan teknologi canggih guna mengurangi masalah itu jika badan antariksa berharap untuk melakukan misi jangka panjang di Bulan. Oleh karena itu, penelitian ini melibatkan Lunar Surface Innovation Initiative (LSII) yang Direktorat Misi Teknologi Luar Angkasa NASA pada 2019 silam.
Mitigasi debu adalah salah satu area kemampuan utama yang ditangani LSII, yang melihat teknologi mitigasi aktif dan pasif untuk berbagai sistem eksplorasi, seperti rover, sistem tenaga, pakaian antariksa, dan perangkat keras permukaan lainnya yang terpapar debu.
Upaya lintas lembaga ini berada di balik pengembangan teknologi yang dirancang untuk eksplorasi Bulan, termasuk teknologi baru yang akan membantu menangani partikel debu Bulan. Saat ini, tim LSII sedang mengevaluasi teknologi pasif dan aktif yang akan membantu melindungi berbagai jenis peralatan dan sistem dari debu.
BACA JUGA:
Seperti kebanyakan inisiatif NASA, badan antariksa itu tidak akan melakukannya sendiri. NASA sedang mencari mitra di industri, akademisi, dan organisasi lain untuk membantu mengidentifikasi cara menangani debu Bulan.
"Kami tentu ingin berkolaborasi dengan pihak lain di luar NASA. Kami merasa akan ada pembukaan ruang komersial di masa depan, dan kami ingin bekerja dengan pikiran terbaik," jelas manajer proyek mitigasi debu bulan di Glenn, Dr. Erica Montbach.
Beberapa dari teknologi ini sudah dalam pengembangan dan NASA berencana untuk mulai mengujinya di Bulan pada 2023. Sistem teknologi itu suatu hari nanti juga dapat digunakan untuk misi Mars.