Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan penambangan Bitcoin, Marathon Digital Holdings (MARA), baru-baru ini mengungkapkan bahwa mereka telah memanfaatkan sebagian dari cadangan Bitcoin (BTC) mereka untuk mendapatkan keuntungan tambahan. 

MARA mengalokasikan 16% dari total cadangan BTC-nya, yang setara dengan 7.377 BTC atau sekitar Rp11,9 triliun, dalam bentuk pinjaman jangka pendek kepada pihak ketiga. Langkah ini bertujuan untuk menghasilkan hasil yang moderat dalam bentuk yield single-digit, meskipun identitas peminjam tidak diungkapkan.

Dalam laporan produksi bulan Desember 2024, MARA juga mengumumkan bahwa mereka telah melampaui target hash rate sebesar 50 EH/s yang ditetapkan pada tahun ini. Dengan pencapaian puncak mencapai 53,2 EH/s, perusahaan berhasil memperkuat posisi mereka di pasar penambangan Bitcoin. 

Namun, meskipun ada peningkatan dalam hash rate, produksi BTC mereka tercatat mengalami penurunan sebesar 2% dibandingkan bulan November, yang disebabkan oleh faktor keberuntungan yang sedikit berkurang.

MARA juga mencatatkan pembelian sebanyak 22.065 BTC pada harga rata-rata 87.205 dolar AS (Rp1,4 miliar) per BTC sepanjang tahun 2024, ditambah dengan hasil tambang sebesar 9.457 BTC, membawa total cadangan mereka saat ini mencapai 44.893 BTC. Dengan harga pasar saat ini, total cadangan BTC MARA diperkirakan bernilai lebih dari Rp71 triliun.

Robert Samuels, Wakil Presiden Hubungan Investor MARA, menjelaskan bahwa program pinjaman ini berfokus pada pengaturan jangka pendek dengan pihak ketiga yang sudah mapan. Meskipun hasilnya terbatas pada yield yang moderat, program ini memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk terus meningkatkan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.

CEO MARA, Fred Thiel, menegaskan bahwa pendekatan hybrid—mekanisme yang menggabungkan penambangan dan pembelian BTC—memberikan mereka keuntungan. Hal ini diklaim dapat menjadikan MARA sebagai perusahaan mining Bitcoin terdepan di sektor kripto global.