Bagikan:

JAKARTA – Bitcoin (BTC) merupakan mata uang kripto pertama yang diciptakan oleh pseudonim Satoshi Nakamoto. Saat ini Bitcoin menjadi cryptocurrency terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya.

Karena Bitcoin menggunakan algoritma Proof of Work (PoW), berbagai kalangan mulai dari individu, perusahaan, hingga negara berbondong-bondong melakukan penambangan (mining). Seiring berjalannya waktu, rumor beredar bahwa persediaan Bitcoin semakin berkurang, bahkan berpotensi habis.

Selain itu, hingga saat ini identitas Satoshi Nakamoto belum terungkap. Pada 31 Oktober 2008, Nakamoto menerbitkan whitepaper Bitcoin yang menggambarkan secara detail bagaimana uang digital bisa diimplementasikan untuk transaksi secara peer to peer atau tanpa perantara pihak ketiga yang mengontrolnya seperti bank.

Berdasarkan laporan Coinmarketcap, pada 3 Januari 2009 Nakamoto menambang blok pertamanya di jaringan Bitcoin yang dikenal sebagai blok genesis. Ini merupakan Bitcoin pertama yang diluncurkan di dunia. Saat pertama kali diperkenalkan, harga Bitcoin masih 0 dolar per koinnya.

Waktu itu sebagian besar Bitcoin dihasilkan dari penambangan atau mining. Aktivitas penambangan sendiri membutuhkan daya komputasi tinggi seperti penggunaan VGA. Saat ini mesin rig penambangan menggunakan VGA GTX 1660 atau RX 6600 serta seri terbaru lainnya. Oleh karenanya, aktivitas penambangan membutuhkan energi listrik yang besar.

Bitcoin memiliki total pasokan sebanyak 21 juta BTC. Sedangkan yang beredar di pasaran sebanyak 18.959.781 BTC. Itu artinya, tersisa sekitar 2 jutaan lebih BTC yang bisa didapatkan dari penambangan.

Menurut laporan data dari Coingecko, harga Bitcoin mengalami kenaikan 13,2 persen dalam dua pekan terakhir. Sementara dalam satu tahun performa Bitcoin turun sebesar 5,5 persen. Bitcoin sempat tembus harga tertinggi sepanjang masanya (ATH) pada 10 November 2021 lalu di harga Rp984.115.318.

Sementara itu Blockchain.com melaporkan bahwa cryptocurrency paling populer di dunia hampir habis, namun diprediksi bahwa sisa pasokan 10 persen akan bertahan hingga bulan Februari tahun 2140.

Lalu apa yang akan terjadi ketika Bitcoin habis karena ditambang? Menurut Investopedia, jika itu terjadi Bitcoin masih bisa berfungsi sebagai store of value atau penyimpan nilai di mana penambang bisa mendapatkan keuntungan, meskipun ketika volume transaksi rendah dan hadiah blok sudah tidak ada.

Ketika momen itu terjadi, para miner dapat dikenai biaya transaksi tinggi untuk memproses transaksi yang nilainya tinggi dan berjumlah banyak. Setelah Bitcoin habis, BTC diprediksi akan menjadi semakin langka dan harganya akan terus bertambah.