Bagikan:

JAKARTA – Badan penerbangan sipil Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), International Civil Aviation Organization (ICAO), sedang menyelidiki laporan mengenai "insiden keamanan informasi potensial" setelah muncul klaim bahwa puluhan ribu data mereka telah dicuri. Hal ini diketahui menurut pernyataan resmi yang dirilis pada Senin, 6 Januari.

ICAO, yang berbasis di Kanada, dalam pernyataannya menyebutkan bahwa pelanggaran keamanan tersebut kemungkinan berkaitan dengan "aktor ancaman yang dikenal sering menargetkan organisasi internasional."

Dalam email lanjutan kepada Reuters, ICAO mengonfirmasi bahwa penyelidikan ini terkait dengan klaim yang dilaporkan di forum peretas pada 6 Januari, di mana disebutkan bahwa sekitar 42.000 data telah dicuri dari badan tersebut. Namun, ICAO tidak memberikan rincian lebih lanjut.

"Pada tahap awal penyelidikan ini, kami belum dapat memberikan detail tambahan tentang insiden tersebut atau mengonfirmasi klaim spesifik terkait data yang kemungkinan terlibat," ungkap ICAO, dikutip VOI dari Reuters.

Sejarah Keamanan Siber ICAO

ICAO, yang memiliki 193 negara anggota, sebelumnya menjadi target serangan siber pada tahun 2016. Setelah kejadian tersebut, badan ini menyatakan telah melakukan perbaikan signifikan terhadap sistem keamanannya.

Namun, dugaan pelanggaran terbaru ini memunculkan kembali kekhawatiran tentang kerentanan organisasi internasional terhadap serangan siber. ICAO belum mengonfirmasi secara spesifik jenis data yang kemungkinan bocor, tetapi laporan awal ini telah menarik perhatian banyak pihak terkait keamanan informasi di badan PBB tersebut.

ICAO menyatakan akan terus memberikan pembaruan setelah penyelidikan lebih lanjut dilakukan. Dengan meningkatnya insiden peretasan terhadap organisasi global, kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya penguatan sistem keamanan informasi, khususnya di lembaga internasional yang memegang peran penting dalam regulasi penerbangan dunia.