Korea Selatan Targetkan Peluncuran Roket Luar Angkasa Buatan Lokal Tahun 2023
Roket Soyuz 2.1a. (Wikimedia Commons/Artem Lepesin)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Selatan meluncurkan satelit observasi ukuran sedang generasi berikutnya, Sabtu 19 Maret. Peluncurkan ini merupakan bagian dari upaya Korea Selatan untuk meningkatkan industri luar angkasa dan mengembangkan teknologi luar angkasa sendiri.

Satelit seberat 540 kilogram yang dimuat di roket Soyuz 2.1a milik Rusia, akan lepas landas dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan pada Sabtu pagi (waktu setempat). Dan menghubungi Stasiun Satelit Svalbard di Norwegia setelah mencapai orbit targetnya, menurut Kementerian Sains dan TIK.

Dilengkapi dengan sistem sensor pencitraan yang dikembangkan oleh peneliti Korea Selatan, satelit tersebut akan melakukan misi observasi selama empat tahun pada ketinggian 497,8 kilometer di atas permukaan bumi.

Melansir Koreatimes, satelit ini dijadwalkan untuk memberikan video pengamatan Bumi pada Bulan Oktober mendatang, setelah menjalani uji coba selama enam bulan di luar angkasa.

Diketahui, Pemerintah Korea Selatan telah menginvestasikan total 158 miliar won 139 juta dolar Amerika Serikat dalam proyek satelit sejak 2015. Proyek pengembangan ini dipimpin oleh Korea Aerospace Research Institute (KARI).

Kementerian Sains Korea Selatan mengatakan, sebagian besar komponen inti dari muatan optik satelit dikembangkan oleh lembaga penelitian dan perusahaan Korea Selatan, termasuk Institut Penelitian Standar dan Sains Korea serta perusahaan IT pertahanan Hanwha Systems Co.

Program ini tidak lepas dari rencana Korea Selatan untuk meluncurkan satelit berukuran sedang dengan roketnya sendiri, menggunakan teknologi lokal, pada paruh kedua tahun 2023.

Negeri Gingseng dijadwalkan untuk meluncurkan roket Nuri yang dikembangkan secara lokal dengan muatan tiruan pada bulan Oktober, di mana negara itu telah mengalokasikan hampir 2 triliun won sejak 2010. Nuri akan menggantikan roket Naro Korea Selatan, yang mesin tahap pertamanya dibuat oleh Rusia. Roket Naro diluncurkan pada 2013.

Untuk menjaga momentum perkembangannya, Korea Selatan merencanakan peluncuran satelit skala menengah lagi tahun depan, dengan Korea Aerospace Industries Ltd. memimpin rancangannya ke produksi.

Untuk diketahui, sampai akhir tahun lalu Korea Selatan memiliki 17 satelit operasional, jauh lebih sedikit dibanding Amerika Serikat dengan 1.897 satelit, China 412 satelit dan Rusia dengan 176 satelit menurut Union of Concerned Scientists, organisasi nirlaba yang berbasis di AS.