China Sukses Luncurkan Roket Long March 7A, Bawa Satelit Shiyan-9
Peluncuran roket Long March 7A. (CASC via spacenews.com)

Bagikan:

JAKARTA - China berhasil meluncurkan roket Long March 7A generasi baru pada Jumat pagi pada upaya keduanya, mengirimkan satelit eksperimental ke orbit. Roket diluncurkan dari Situs Peluncuran Luar Angkasa Wenchang, di Provinsi Hainan selatan China.

Roket tersebut membawa satelit Shiyan-9 untuk menguji teknologi baru seperti pemantauan lingkungan luar angkasa, menurut China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC).

"CASC membangun satelit eksperimental hanya dalam delapan bulan, menciptakan rekor untuk satelit penginderaan jauh ukuran menengah hingga besar," kata CASC, melansir CNN.

Long March 7A adalah roket tiga tahap dengan empat penguat, berukuran panjang 197 kaki (60,1 meter) dan diameter 11 kaki (3,35 meter). Roket ini memiliki kapasitas untuk mengirim tujuh metrik ton muatan ke orbit transfer geostasioner (GTO) - sekitar 22.000 mil (35.405 kilometer) di atas permukaan bumi.

Roket ini terutama dirancang untuk meluncurkan satelit ke dalam GTO, dengan potensi untuk ditingkatkan menjadi eksplorasi Bulan, Mars dan asteroid di masa depan, menurut CASC.

Upaya pertama China untuk meluncurkan Long March 7A, pada Maret 2020, mengalami kegagalan peluncuran di Situs Peluncuran Luar Angkasa Wenchang. 

Pada saat itu, pejabat China mengatakan para insinyur akan menyelidiki penyebab kegagalan tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

"China mengharapkan untuk meluncurkan tiga hingga lima roket Long March 7A setiap tahun sebelum 2025," sebut CASC.

Diketahui, China memiliki program luar angkasa yang ambisius, didukung oleh miliaran dolar dalam investasi pemerintah. Dalam beberapa bulan terakhir, negara tersebut telah meluncurkan misi bulan dan Mars.

Pada Juli 2020, China meluncurkan misi tak berawak pertamanya ke Mars, pesawat luar angkasa tak berawak Tianwen-1, yang memasuki orbit planet merah pada Februari tahun ini. 

Dan pada Desember 2020, misi Chang'e tak berawak Tiongkok membawa sampel bulan kembali ke Bumi, menjadikannya sebagai negara ketiga yang berhasil mengumpulkan bebatuan dari bulan.

Pada Hari Selasa, badan antariksa negara itu menandatangani perjanjian dengan badan antariksa Rusia untuk bersama-sama membangun stasiun luar angkasa bulan di permukaan bulan dan atau di orbit bulan, yang akan terbuka untuk semua negara.