Uni Eropa Izinkan Penggunaan Vaksin COVID-19 Lansiran Johnson & Johnson
Vaksin Johnson & Johnson. (Wikimedia Commons/New York National Guard/Flickr)

Bagikan:

JAKARTA - European Medicines Agency (EMA) mengeluarkan izin pemasaran bersyarat untuk vaksin COVID-19 dosis tunggal, lansiran Johnson & Johnson. 

Izin ini diberikan, setelah pihak produsen menjelaskan soal vaksin produksi mereka, diserta dengan kemungkinan pengiriman paling cepat setelah pertengahan April mendatang. 

"Setelah evaluasi menyeluruh, komite pengobatan manusia EMA menyimpulkan dengan konsensus bahwa data pada vaksin itu kuat dan memenuhi kriteria untuk kemanjuran, keamanan dan kualitas," kata Direktur EMA Emer Cooke dalam sebuah pernyataan, melansir Euronews, Jumat 12 Maret. 

"Dengan opini positif terbaru ini, pihak berwenang di seluruh Uni Eropa akan memiliki opsi lain untuk memerangi pandemi dan melindungi kehidupan dan kesehatan warganya," tambah Cooke.

Beberapa jam kemudian, EMA mengeluarkan izin penggunaan vaksin Johnson & Johnson , mengikuti tiga vaksin sebelumnya yang sudah mendapat rekomendasi pemakaian, yakni Pfizer BioNTech, AstraZeneca Oxford dan Moderna.  

Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson terdiri dari virus yang dimodifikasi untuk mengandung gen untuk membuat protein lonjakan SARS-CoV-2 yang disuntikkan, memicu sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi untuk melawannya. 

Uji klinis yang melibatkan lebih dari 44.000 orang di Amerika Serikat, Afrika Selatan dan negara-negara Amerika Latin, mendapati vaksin ini memiliki tingkat keampuhan mencapai 67 persen.

Efek samping biasanya ringan atau sedang dan hilang dalam beberapa hari setelah vaksinasi. Yang paling umum adalah nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot dan mual," jelas EMA dalam pernyataannya. 

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyambut baik pengumuman terbaru EMA, lewat tulisan di akun Twitter miliknya. 

"Vaksin yang lebih aman dan efektif mulai beredar di pasar," tulisnya. 

Tetapi, meskipun ada persetujuan bulan ini, dosis pertama kemungkinan tidak akan diluncurkan di seluruh blok sampai bulan depan paling cepat.

"Ini adalah vaksin yang bagus dan mungkin mendapatkan perlindungan hanya dengan satu suntikan. Tetapi masalahnya adalah, Johnson & Johnson pasti tidak akan memberikan segera seperti yang dilakukan Pfizer BioNTech pada bulan Desember," anggota parlemen Jerman Dr. Peter Liese mengatakan kepada Euronews.

"Mereka berbicara tentang pertengahan April dan itu tidak pasti, saya berharap mereka akan berhasil. Tetapi mereka tidak memberikan jaminan bahwa pengiriman yang dijanjikan 50 juta dosis pada kuartal kedua pasti akan ada. Pertama-tama, mereka harus lebih cepat. Dan kedua, mereka harus memberikan dosis 50 juta seperti yang dijanjikan," tambahnya.