Bagikan:

JAKARTA - Minggu terakhir bulan Juni 2024 sekaligus menjelang penutupan Q2 2024, harga Bitcoin dan Ethereum menghadapi kemerosotan selama beberapa minggu terakhir. 

Menurut data Coinglass, pada Q1 2024 BTC ditutup naik 68,68 persen. Sementara, menjelang penutupan Q2 2024 ini BTC masih turun sebesar  15,79 persen. 

Senin, 24 Juni malam BTC sempat anjlok di bawah $60.000 hingga turun ke 58.438 dolar AS (Rp957 juta) sebelum akhirnya kembali naik ke level 60.370 dolar AS (Rp989 juta) pada Selasa, 25 Juni. 

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan bahwa kenaikan harga Bitcoin ini menandakan adanya potensi kenaikan harga terbatas menuju 62.000 dolar AS atau sekitar Rp1,01 miliar. 

“Namun, jika kembali melemah hingga gagal bertahan di atas support 60.000 dolar AS (Rp982,9 juta), BTC dapat turun ke area support berikutnya di level 57.000 dolar AS (Rp933,8 juta),” ujar Panji. 

Menurut Panji, gejolak pasar ini kemungkinan dipicu oleh beberapa faktor seperti kekhawatiran pasar meningkat setelah Mt. Gox bursa kripto Jepang yang diretas lebih dari satu dekade lalu mengumumkan bahwa mereka akan memulai pembayaran Bitcoin dan Bitcoin Cash kepada kreditornya mulai pada bulan Juli nanti.

Selain itu, perdagangan ETF Bitcoin spot pekan lalu ditutup dengan arus keluar sebesar 544,1 juta dolar AS. Investor institusi, yang berhati-hati terhadap volatilitas pasar dan ketidakpastian peraturan, menyesuaikan posisi mereka dalam produk investasi terkait Bitcoin.