Bagikan:

JAKARTA - Bitcoin mengalami penurunan ke 65.000 dolar AS (Rp1,06 miliar), akibat peningkatan penjualan BTC dari perusahaan penambangan BTC dan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tinggi.

Pekan lalu, The Fed mengumumkan hanya akan memangkas suku bunga satu kali saja di 2024, berubah dari sebelumnya target tiga kali pemangkasan. Bank sentral AS itu juga masih mempertahankan suku bunga stabil di 5,25-5,50 persen di pertemuan Rabu, 12 Juni. 

Disisi lain, menurut laporan CryptoQuant, jumlah BTC yang dikirim dari perusahaan penambangan menunjukkan Bitcoin ke bursa telah mencapai angka tertinggi dalam dua bulan terakhir, yang mengindikasikan adanya meningkatnya penjualan BTC. 

Menurut Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha, keputusan terbaru para penambang untuk melepaskan kepemilikan mereka berkaitan dengan penurunan pendapatan setelah peristiwa halving

“Dengan menurunnya biaya transaksi dan tetap tingginya hashrate jaringan, pendapatan penambang terus mengalami penurunan selama beberapa bulan terakhir,” ujar Panji dalam keterangannya yang dikutip pada Rabu, 19 Juni. 

Namun, Panji menambahkan, secara historis pendapatan rendah yang berkelanjutan dan hashrate yang tinggi dapat mengindikasikan potensi titik terendah pasar. Pada akhirnya, hal ini menunjukkan bahwa pasar Bitcoin mungkin sedang mencapai stabilitas atau bersiap untuk kembali melanjutkan momentum bullish nya.

Menurut Panji, saat ini BTC masih bergerak dalam pola cup and handle dan jika dapat rebound maka potensi untuk kembali naik dengan target terdekat ke MA-20 di 68.200 dolar AS (Rp1,11 miliar). 

“Sementara, jika breakdown di bawah 65.000 dolar AS (Rp1,06 miliar), maka potensi lanjut melemah menuju ke area support di 64.000 dolar AS (Rp1,04 miliar) dan support selanjutnya berada di 60.000 dolar AS (Rp983,7 juta),” kata Panji.