JAKARTA - Open Exchange (OPNX), bursa kripto yang didirikan oleh para pendiri hedge fund asal Singapura, Three Arrows Capital (3AC), mengumumkan penutupan operasionalnya secara mendadak. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat OPNX baru saja mendapatkan iziin beroperasi di Eropa dan berencana untuk meluncurkan produk-produk baru. Meski demikian, penutupan OPNX tidak berdampak negatif pada harga Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), yang tetap stabil di level tinggi.
Informsai saja, OPNX adalah sebuah platform perdagangan kripto yang memungkinkan pengguna untuk memperdagangkan cryptocurrency. Termasuk klaim dari perusahaan kripto yang bangkrut, seperti FTX, Voyager, dan Mt. Gox. OPNX didirikan oleh para pendiri Three Arrows Capital, sebuah hedge fund yang runtuh pada tahun 2022.
OPNX baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menutup operasionalnya pada Februari 2024, tanpa memberikan alasan yang jelas. Selain itu, OPNX juga memiliki token asli bernama OX, yang digunakan untuk membayar biaya transaksi dan memberikan hak suara kepada pemegangnya, dilansir Coindesk.
Sejak awal didirikan, OPNX menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kurangnya minat dari para pedagang, yang meragukan legitimasi dan likuiditas bursa. Selain itu, OPNX juga terkait dengan skandal hedge fund 3AC, yang mengalami kebangkrutan pada tahun 2022 setelah mengalami kerugian besar akibat spekulasi yang gagal. Pendiri 3AC, Kyle Davies dan Su Zhu, juga dilarang oleh bank sentral Singapura untuk memegang jabatan manajerial di perusahaan keuangan selama sembilan tahun.
Pada tanggal 31 Januari 2024, OPNX mengirimkan email kepada para kliennya, menginformasikan bahwa mereka akan menutup semua operasionalnya dalam dua minggu ke depan. OPNX meminta para kliennya untuk menutup semua posisi perdagangan pada tanggal 7 Februari, dan menarik semua dana dari bursa pada tanggal 14 Februari.
BACA JUGA:
Selain itu, OPNX juga meminta para kliennya untuk mengekspor data riwayat transaksi mereka sebelum tanggal 14 Februari, karena data tersebut tidak akan tersedia setelah penutupan. OPNX tidak menjelaskan alasan penutupannya, tetapi ada spekulasi bahwa hal ini terkait dengan tekanan hukum dan regulasi yang dihadapi oleh OPNX dan 3AC.
Pengumuman penutupan OPNX langsung berdampak pada harga token OX, yang anjlok lebih dari 14 persen dalam 24 jam terakhir menjadi sekitar 0,0096 dolar AS (Rp 150,45) pada saat laporan ini dibuat. Volume perdagangan harian OX juga melonjak lebih dari 500 persen menjadi sekitar 5,9 juta dolar AS (Rp 92,58 miliar) selama sesi Asia awal pada hari Jumat. Banyak investor OX yang panik dan berusaha untuk menjual token mereka sebelum harga jatuh lebih dalam.
Bitcoin dan Ethereum Tidak Terpengaruh
Sementara itu, harga Bitcoin dan Ethereum tidak terpengaruh oleh penutupan OPNX. Bitcoin terus bertahan di level 43.000 dolar AS (Rp 674,85 juta), mengalami kenaikan lebih dari 2,2 persen pada 1 Februari. Ethereum juga naik lebih dari 3,5 persen menjadi sekitar 3.200 dolar AS (Rp 50,22 juta) pada hari yang sama. Komunitas kripto tetap menunjukkan kekuatan meskipun adanya krisis di sektor bursa kripto.
Salah satu faktor yang mendukung kenaikan harga Bitcoin dan Ethereum adalah minat yang tinggi terhadap produk investasi baru, yaitu Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin spot dan Ethereum spot. ETF adalah produk investasi yang mengikuti harga aset tertentu di pasar nyata, dan dapat diperdagangkan di bursa saham. ETF Bitcoin spot dan Ethereum spot pertama kali disetujui oleh regulator AS (SEC) pada 11 Januari 2024.