Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat akhirnya mengungkapkan penerbangan uji pertama pembom nuklir siluman B-21 Raider. Pesawat siulman ini ditaksir  senilai  745 juta dolar AS (Rp11,9 triliun). Pesawat canggih ini, yang pertama kali diperkenalkan pada Desember 2022, baru-baru ini terlihat dalam gambar-gambar yang dirilis pada Rabu 22 Mei saat melakukan pengujian penerbangan di Pangkalan Angkatan Udara Edwards, California.

Pembom B-21 Raider digambarkan sebagai pesawat pembom 'dual-capable', mampu meluncurkan senjata konvensional maupun nuklir. Pesawat ini dirancang untuk hampir tidak terlihat oleh radar musuh dan dilengkapi dengan teknologi militer terbaru.

Andrew Hunter, Asisten Sekretaris Angkatan Udara untuk Akuisisi, Teknologi, dan Logistik, menyatakan bahwa pengujian penerbangan B-21 berjalan sesuai jadwal. Pesawat ini merupakan yang pertama yang lebih digital, yang memungkinkan pemenuhan persyaratan program secara efektif.

Pesawat ini diharapkan akan menggantikan pembom B-1 dan B-2, dan memainkan peran penting dalam mendukung tujuan keamanan nasional serta membantu sekutu dan mitra AS di seluruh dunia. Angkatan Udara AS berencana memproduksi minimal 100 unit B-21, dengan target masuk layanan pada pertengahan 2020-an.

Pembom ini juga merupakan bagian dari upaya Pentagon untuk memodernisasi seluruh tiga pilar triad nuklirnya, seiring dengan pergeseran fokus dari kampanye kontra-terorisme menuju menghadapi modernisasi militer cepat China.

Jenderal Thomas A. Bussier, Komandan Global Strike Angkatan Udara, menyebut B-21 sebagai 'tulang punggung masa depan armada pembom' pada acara peluncuran bulan November lalu. Angkatan Udara berharap memiliki setidaknya 220 unit untuk menggantikan pembom B-1 dan B-2 yang lama. Program ini diperkirakan akan menelan biaya setidaknya 203 miliar dolar AS (Rp3,2 kuadraliun) selama 30 tahun untuk pengembangan, pembelian, dan pemeliharaan armada B-21.