JAKARTA - Pergerakan koin lama yang tidak terduga selalu menarik perhatian. Belum lama ini, komunitas kripto dikejutkan dengan kebangkitan dua dompet Bitcoin dari tahun 2014 yang telah lama terdiam. Bukan hanya kembali aktif, dompet-dompet ini juga menghabiskan total 1.005,33 BTC, setara dengan hampir 64 juta dolar AS (Rp1 triliun) dengan nilai tukar saat ini.
Awalnya, laporan yang beredar hanya menyebutkan perpindahan 687,33 BTC senilai hampir 44 juta dolar AS dari salah satu dompet pada 6 Mei 2024. Namun, investigasi lebih lanjut mengungkapkan fakta menarik lainnya. Dompet kedua, yang juga dibuat pada tahun 2014, telah mentransfer 318 BTC senilai lebih dari 20 juta dolar AS beberapa hari sebelumnya. Transaksi ini menandakan kembalinya pemilik lama Bitcoin yang telah mendiamkan aset mereka selama hampir satu dekade.
Perlu dicatat bahwa Bitcoin yang ditransaksikan ini bukan berasal dari "era Satoshi", istilah yang khusus merujuk pada pergerakan BTC dari tahun 2009 dan 2010. Era Satoshi secara resmi berakhir pada tahun 2010, empat tahun sebelum koin-koin ini ditambang.
BACA JUGA:
Kebangkitan dompet Bitcoin 2014 ini menarik perhatian karena beberapa alasan. Pertama, jumlah dana yang terlibat sangat besar, menunjukkan potensi keuntungan signifikan bagi pemiliknya. Kedua, kebangkitan ini terjadi setelah bertahun-tahun tidak ada aktivitas, menimbulkan pertanyaan tentang motivasi di baliknya. Ketiga, transaksi ini dilakukan dengan cara yang tidak sepenuhnya anonim, menunjukkan kemungkinan kerentanan dalam metode privasi yang digunakan.
Meskipun spekulasi beredar tentang alasan di balik kebangkitan dompet ini, tidak ada jawaban pasti yang tersedia. Kemungkinan pemilik lama ingin merealisasikan keuntungan dari investasinya, atau mereka mungkin memiliki tujuan lain untuk dana tersebut. Terlepas dari motifnya, kebangkitan ini menjadi pengingat akan sifat desentralisasi dan anonim Bitcoin, dan potensi risiko dan keuntungan yang terkait dengannya.