Bagikan:

JAKARTA - Teknologi kecerdasan buatan (AI) yang generatif, yang dapat membuat dan menganalisis gambar, teks, audio, video, dan lainnya. Kini bahkan semakin banyak digunakan dalam dunia kesehatan, didorong oleh perusahaan Big Tech dan startup, yang terus tumbuh.

Google Cloud, divisi layanan dan produk komputasi awan Google, bekerja sama dengan Highmark Health, sebuah perusahaan layanan kesehatan nirlaba berbasis di Pittsburgh, kini dalam pengembangan alat AI generatif yang dirancang untuk mempersonalisasi pengalaman penerimaan pasien.

Divisi AWS milik Amazon juga menyatakan sedang bekerja dengan pelanggan tak disebutkan namanya untuk menggunakan AI generatif dalam menganalisis basis data medis untuk "determinan sosial kesehatan."

Microsoft Azure juga membantu membangun sistem AI generatif untuk Providence, jaringan layanan kesehatan nirlaba, untuk mengatur pesan yang dikirimkan oleh pasien kepada penyedia perawatan.

Beberapa startup AI generatif terkemuka di bidang kesehatan termasuk Ambience Healthcare, yang mengembangkan aplikasi AI generatif untuk tenaga medis; Nabla, asisten AI lingkungan untuk praktisi; dan Abridge, yang menciptakan alat analisis untuk dokumentasi medis.

Namun, baik para profesional maupun pasien merasa ragu apakah AI generatif yang difokuskan pada kesehatan sudah siap untuk digunakan secara luas.

Andrew Borkowski, chief AI officer di VA Sunshine Healthcare Network, sistem kesehatan terbesar Departemen Urusan Veteran AS, tidak yakin bahwa penggunaan AI generatif saat ini sudah tepat. Borkowski memperingatkan bahwa penerapan AI generatif bisa terlalu dini karena "batasan yang signifikan" yang dimilikinya dan kekhawatiran seputar efektivitasnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kebenaran pada pendapat tersebut. Dalam sebuah studi di jurnal JAMA Pediatrics, chatbot AI generatif ChatGPT dari OpenAI, yang beberapa organisasi kesehatan telah uji coba untuk kasus penggunaan terbatas, ditemukan membuat kesalahan dalam mendiagnosis penyakit anak 83% dari waktu. Begitu pula ketika diuji sebagai asisten diagnostik, model OpenAI GPT-4 dianggap tidak akurat oleh dokter di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston.

Meskipun demikian, beberapa ahli berpendapat bahwa AI generatif semakin baik dalam hal ini. Sebuah studi dari Microsoft mengklaim bahwa mereka berhasil mencapai akurasi 90,2% pada empat uji medis yang menantang serta  menggunakan GPT-4. Namun, Borkowski dan yang lainnya mengingatkan bahwa masih ada banyak hambatan teknis dan kepatuhan yang harus diatasi sebelum AI generatif dapat diandalkan sepenuhnya sebagai alat bantu kesehatan.

Dalam situasi seperti ini, aturan yang tepat dan penelitian ilmiah yang cermat sangat penting. Hingga masalah ini teratasi dan perlindungan yang sesuai diterapkan, implementasi AI generatif medis secara luas dapat berpotensi merugikan pasien dan industri kesehatan secara keseluruhan.